Saya telah mengenakan
jilbab sebelum masuk Islam. Selama hampir satu setengah tahun sebelum
saya menerima Islam sebagai agama saya, saya telah mempelajari agama dan
belajar tentang prinsip-prinsip dan karakteristiknya.
Tentu saja, sebagai seorang wanita, saya
sangat tertarik dalam persoalan-persoalan yang terkait dengan perempuan.
Tapi saya melihat jilbab menjadi simbol yang sangat terlihat melekat
pada perempuan. Saya pun menjadi tertarik mengetahui tujuan wanita berhijab dan menjadi terpesona dengan wanita yang mengenakannya.
Pada saat studi saya tentang Islam terus
berlanjut, saya semakin aktif ke toko buku dan membaca dengan teliti
tentang Islam. Terdapat terjemahan Al Quran dalam bahasa Inggris
berjajar di rak bersama dengan koleksi hadist dan cerita Nabi Muhammad
(SAW) dan para sahabatnya. Tapi pada saat melahap semua bacaan dan
ceramah tentang Islam, saya juga tertarik ke bagian lain dari toko buku
yang terdapat barisan abaya dan tumpukan jilbab. Dari sini kemudian saya
menemukan keberanian untuk mencoba dan membeli jilbab pertama saya.
Saat Mengenakan Jilbab
Saat teringat ketika pertama kalinya
mengenakannya. Jilbab rupanya hanya satu lembar potongan sederhana.
Tidak ada kesulitan apa pun ketika saya mulai mencobanya.
Namun, sesuatu yang aneh terjadi ketika
saya telah mengenakannya. Tiba-tiba saya segera melepaskannya kembali
jilbab hijau itu dari kepala saya. Saat saya melihat sekilas diri saya
di cermin, saya jadi terkejut. Ini mungkin karena saya agak terlalu
cepat mencoba mengenakannya. Selain melihat diri saya tampak sama sekali
berbeda dan asing, segera tergambarkan stereotip negatif tentang wanita
berjilbab yang begitu sering digambarkan di media. Ini memicu respon
drastis dan ngeri di kepala saya.
Namun, kemudian saya segera pulih dari
kondisi ini dan saya merasionalisasi diri saya bahwa saya membeli jilbab
hanya digunakan bilamana saya memerlukan mengunjungi masjid untuk
studi. Kalau saya melihat lagi ke belakang, rasa ngeri saya mengenakan
jilbab tersebut rupanya sebagai langkah kecil menuju penerimaan terhadap
jilbab, termasuk apa maknanya dan apa manfaatnya dalam hidup saya. Saya
tidak menyadarinya pada waktu itu.
Beberapa bulan berlalu, saya sebenarnya
masih belum berkesempatan lagi untuk mengenakan jilbab baru saya. Hanya
saja telah membangkitkan keingintahuan saya tentang jilbab, dan saya
akan mencobanya pada kesempatan berikutnya. Sementara itu studi saya
terus berlanjut dan merasa senang dengannya. Untuk memudahkan transisi,
saya memutuskan kembali ke toko buku untuk membeli sesuatu yang lebih
menarik bagi selera saya.
Setelah saya menemukan beberapa gaya
sederhana yang saya suka, saya diam-diam mulai memakai jilbab keluar di
sekitar kota. Biasanya untuk ke toko makanan halal dan ke tempat-tempat
lain yang saya tidak menginginkan semua mata tertuju pada saya. Hanya
saja saya tidak menggunakannya pada saat keluar untuk makan malam
bersama suami. Justru pada saat itu saya jadi merasa nyaman jika saja
saya menutupi rambut dan menggunakan jilbab.
Saya percaya, itu merupakan uji coba awal
dalam menggunakan jilbab dan perlahan-lahan menjadi terbiasa dengan
tampilan baru saya untuk mengenakan jilbab sepenuh waktu, terlebih
setelah saya membuat keputusan untuk masuk Islam. Segera setelah
mengucapkan syahadat, saya mandi, menutupi kepala saya, dan mulai
berdoa. Alhamdullah!
Reaksi Tak Terduga
Hari berikutnya dengan agak gugup saya
menuju ke pekerjaan dengan aksesori baru saya dan menghadapi semua orang
dengan tatapan penasaran. Agak sulit juga. Tetapi dengan masuknya saya
ke Islam, dan kawan-kawan kerja ternyata memberi perhatian dan
penerimaan baik, membuat saya bersyukur.
Reaksi dari teman-teman ini mengubah
kekhawatiran dari keluarga ketika saya mulai menggunakan jilbab. Tak
lebih saya mengatakan, semuanya mencintai saya. Mereka memperlakukan
saya, masuknya saya ke Islam, dan perubahan terhadap apa yang saya
kenakan, dengan rasa hormat dan toleransi.
Dalam beberapa hal, seolah-olah saya tidak
mengalami perubahan apa pun berkaitan dengan penampilan saya, terhadap
bagaimana saya diperlakukan oleh keluarga saya dan ketika saya pergi
keluar di depan umum.
Saya belum pernah secara terbuka dijauhi,
dipermalukan, atau diejek. Saya tahu, saya telah mendapat karunia-Nya,
sembari berharap dan berdoa hal yang sama juga diperoleh oleh
rekan-rekan wanita yang telah masuk Islam dan memutuskan menggunakan
jilbab.
Sekarang saya telah menjalani hampir
sembilan tahun sebagai seorang perempuan Muslim berhijab. Saya telah
menggunakan sejumlah model jilbab dan rasa senang menggunakannya. Ketika
saya melihat di cermin, saya tidak lagi memiliki keinginan untuk
melepaskan selamanya.
Sekarang aku merasa memiliki martabat dan
perlindungan. Saya sangat bersyukur kepada Allah untuk semua ini. Saya
berharap rasa yang sama ini dialami oleh semua rekan saya yang
berjilbab. Mereka yang belum mengambil langkah menutupi diri, saya tahu
banyak hal ini memang sulit. Insya Allah kita semua akan menemukan cara
kita sendiri dalam menggunakan jilbab. Jilbab merupakan kebutuhan kita
dan sebagai simbol beribadah kepada Allah.*
/Dikisahkan Carissa D. Lamkahouan, seorang penulis lepas di Amerika Serikat, pada On Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar