Senin, 01 Desember 2014

4 Sehat 5 Sempurna, Plus Halal Part 1

Seorang filsuf dan antropolog Jerman Ludwig Andreas von Feuerbach (lahir di Landshut, Bavaria, 28 Juli 1804 pernah mengatakan “Der Mann ist vas er isst” (Manusia adalah apa yang dia makan). Lebih dari satu abad sebelumnya, pada 1728, seorang ahli kimia Italia Bartolomeo Beccari menyampaikan penghakiman “Quid Alius sumus, nisi itu unde alimur?” (Apa lagi kita, jika tidak apa yang kita makan?)
Selama ada kehidupan, kegiatan berkaitan dengan makan tak akan pernah berakhir. Begitu pula kegiatan manusia dengan hal-hal berkaitan dengan makanan. Sebab makanan merupakan kebutuhan pokok manusia, sebagai sumber energi vital manusia agar ia dapat melaksanakan kegiatan sehari.
Umumnya di alam hewan karnivora sangat kejam dan agresif, sementara non-carnivorous yang damai dan sociable. Penelitian menemukan, makan dalam jumlah besar protein hewani memiliki efek yang lebih mendalam pada perilaku manusia. Demikian hasil penelitian yang resumenya pernah disampaikan naturalis dan ahli dalam vegetarian dietetics, Armando D’Elia (dalam Consequences of Meat Protein on Human Behaviour).
Makanan dan Perilaku
Makanan mempunyai pengaruh yang dominan bagi diri orang yang memakannya. Makanan sehat akan membentuk jiwa dan fisik yang sehat. Sementara makanan tidak sehat akan mengakibatkan pemakannya sakit.
Pembahasan tentang pengaruh makanan terhadap perilaku manusia ini pernah diseminarkan di Italia bertajuk “6th European Vegetarian Congress Bussolengo” pada 21-26 September 1997.
Sebuah penelitian yang diterbitkan pada 2006 di Chemical Senses menyarankan bahwa makan daging dapat membuat bau badan kurang sedap. Dalam studi tersebut, 17 laki-laki makan daging rutin dan 17 lainnya tidak selama dua pekan.
Ahli Kesehatan, Cynthia Sass juga pernah mengatakan bahwa hubungan antara makanan dan dorongan seksual memiliki kaitan. Studi menunjukkan bahwa makanan dan nutrisi tertentu memainkan peran dalam meningkatkan libido dan mendukung kehidupan seks seseorang, demikian dilansir dari Health.Com.
Dalam penelitian terbaru, apa penyebab terjadinya gangguan perilaku seperti autisme, ADHD ada kaitannya dengan reaksi pola makanan dan konsumsi makanan yang salah. Dr. Wayne Callaway, ahli gizi endokrinologi dan ahli gizi Klinik Mayo, Minnesota, AS pernah mengatakan, susunan makanan dapat memengaruhi suasana hati seseorang. Reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan tertentu dapat mengakibatkan gangguan kebocoran pada saluran cerna yang selanjutnya dapat mengganggu susunan saraf pusat manusia.
Di zaman Orde Baru kita mengenal kampanye yang cukup popular, “Makanan 4 Sehat, 5 Sempurna.” Maksudnya, makanan penuh gizi plus susu. Saya kira, kampanye seperti itu menyesatkan. Sebab, orang tak diajarkan dari mana dan dengan cara apa makanan sehat itu
diperoleh. Memakan makanan yang salah saja akan berpengaruh pada kesehatan dan perilaku, apalagi makanan yang haram baik substansi dan cara memperolehnya. Gizi dan vitamin yang cukup mungkin menyehatkan. Tapi belum tentu menumbuhkan perilaku yang baik. Sebaliknya bisa  merusak.
Manusia yang lahir dari makanan yang haram itu secara otomatis akan mendorong perilaku yang jahat, yang menyebabkan kecelakaan yang bersifat abadi di akhirat nanti. Karenanya, untuk dunia super gila seperti sekarang ini, istilah yang tepat adalah,
“Makanan 4 Sehat 5 Sempurna Plus Halal.”

Ada kisah tentang ulama sufi. Suatu siang ia mengalami muntah-muntah setelah makan. Padahal, selama bertahun-tahun ia menempuh hidup secara teratur. Tak pernah makan aneh-aneh, bahkan selalu sesuai dengan kadar kesehatan.
Untuk mengusut kasus ini, ia memanggil pembantunya untuk menjelaskan perihal makanan yang ia konsumsi. “Dari mana dibeli sayuran yang dimasak hari ini?,” tanya sang ulama sufi. “Saya agak kesiangan ke pasar. Sayuran yang dijual di pasar sudah habis. Untunglah sawah tetangga kita ada daun kacang panjang. Saya memetiknya segenggam, itulah sayuran yang saya masak hari ini,” jawab pembantu polos. Sang ulama akhirnya paham, yang membuat ia sakit karena makanan haram tadi.
Suatu hari, Sahabat Abu Bakar As Shiddiq Radhiyallahu ’Anhu menyuruh budak laki-lakinya mengambil uang upah untuk beliau. Saat itu, si budak usai mengambil upah, Abu Bakar menggunakannya untuk membeli makanan. Setelah semuanya dihabiskan, tak lama kemudian, si budak mengakan, ”Anda tahu, apa yang telah Anda makan?” Abu Bakar menjawab,”Apa?”.
Si budak mengatakan,”Di masa jahiliyah saya telah melakukan ramalan untuk seseorang, akan tetapi saya menipunya, dan ia mendatangiku dengan memberi sesuatu, yakni barang yang telah Anda makan itu. Mendengar ucapan si budak, Abu Bakar segera memasukkan jarinya ke kerongkongan, hingga beliau memuntahkan seluruh isi perutnya.
Sebagaimana disebutkan Al Bukhari dalam Bab Al Manaqib, Abu Bakar mengatakan,”Celakalah engkau! Hampir saja engkau mencelakakanku! Aku takut kalau dagingku tumbuh karena harta haram ini. Bagaimana bisa aku melakukan hal itu, sedangkan aku telah mendengarkan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,”Sesungguhnya daging tidak akan tumbuh dari harta haram, kecuali neraka lebih utama untuknya.”
Bahkan, dari riwayat lain yang dibawakan Abu Nuaim disebutkan, bahwa Abu Bakar mengatakan, ”Kalau seandainya tidak keluar (makanan haram itu), kecuali bersama nyawaku, niscaya akan aku tetap mengeluarkannya.”
Karena kehati-hatian terhadap makanan, Imam Abu Hanifah menahan diri tidak memakan daging kambing, hanya karena mendengar bahwa ada seekor kambing dicuri.
Imam Abu Hanifah bahkan menahan untuk tidak memakan daging kambing selama beberapa tahun, sesuai dengan usia kehidupan kambing pada umumnya, hingga diperkirakan kambing itu telah mati. (Dalam Ar Raudh Al Faiq, hal. 215)..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar