Selasa, 29 Desember 2015

Tahukah kenapa diadakan selamatan 3 bulanan dst. saat istri hamil?



Bagi orang Indonesia, khususnya Jawa pasti tidak asing lagi dengan tradisi telonan (tiga bulanan), tingkepan (tujuh bulanan) dan brokohan (selamatan yang diadakan sesaat setelah kelahiran bayi). Terlepas dari polemik bid’ah atau bukan, di sini saya hanya akan membahas petuah bijak yang ada dalam tradisi atau budaya tersebut sehingga sebisa mungkin kita tidak terjerumus ke dalam perbuatan syirik yang sangat dibenci Allah SWT.
Yang pertama saya bahas pertama adalah telonan (tiga bulanan).
عن أبي عبدالرحمن عبدالله بن مسعود رضي الله عنه قال حدثنا رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو الصادق المصدوق " إن أحدكم يجمع خلقه في بطن أمه أربعين يوما نطفة ثم علقه مثل ذلك ثم يكون مضغة مثل ذلك , ثم يرسل إليه الملك فينفخ فيه الروح , ويؤمر بأربع كلمات : بكتب رزقه , وأجله , وعمله , وشقي أم سعيد . فوالله الذي لا إله غيره إن أحدكم ليعمل بعمل أهل الجنة حتى ما يكون بينه وبينها إلا ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل أهل النار , وإن أحدكم ليعمل بعمل أهل النار حتى ما يكون بينه وبينها إلا ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل أهل الجنة
Dari Abu 'Abdirrahman Abdullah bin Mas'ud radhiallahu 'anh, dia berkata : bahwa Rasulullah telah bersabda, "Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nutfah, kemudian menjadi 'Alaqoh (segumpal darah) selama itu juga lalu menjadi Mudhghoh (segumpal daging) selama itu juga, kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan 4 kata : Rizki, Ajal, Amal dan Celaka/bahagianya. maka demi Alloh yang tiada Tuhan selainnya, ada seseorang diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli surga sehingga tidak ada jarak antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli neraka dan ia masuk neraka. Ada diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli neraka sehingga tidak ada lagi jarak antara dirinya dan neraka kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli surga dan ia masuk surga.
[Bukhari no. 3208, Muslim no. 2643]
Sebagian ulama menafsirkan hadits diatas janin diberikan nyawa oleh Allah SWT saat memasuki usia 120 hari. Maka sebelum janin diberi nyawa maka kita dianjurkan meminta kepada Allah SWT agar memberikan yang baik-baik mengenai janin yang dikandung. Mulai dari rezeki yang banyak dan berkah, minta umurnya panjang dan digunakan untuk beramal sholeh, dan semoga baik diakhirnya. Saat mengadakan tradisi tersebut pasti kita sering melihat adanya buceng (nasi tumpeng), endhog (telur ayam), kuluban (sayuran).
Tahukah kalian kenapa ada makanan yang seperti itu?. Sekarang saya akan menjelaskannya satu persatu. Mulai dari buceng (nasi tumpeng). Buceng dalam bahasa jawa berasal dari nyebuto sing kenceng. Disini dimaksudkan agar kita banyak menyebut Asma Allah swt, dengan kata lain kita banyak berizikir dan meninggalkan maksiat. Kita akan menjadi orang tua, tentu kita harus mempersiapkan diri dengan baik karena kita akan menjadi panutan buat anak kita.
Yang kedua adalah endhog (telur ayam). Berasal dari kata ndhok yang dalam bahasa Indonesia artinya letakkan. Apa yang diletakkan? Yaitu kuluban (sayuran) dari kata Qulbun yang dalam bahasa Indonesia berarti hati. Maksudnya di sini kita harus merendahkan hati kita di hadapan Allah swt. Lalu ada keluwih, moga-moga nanti jadi anak sing linuwih (punya kelebihan).
Lalu ada selamatan tingkepan, dari kata tingkep (ati-ati lek ngekep) hati-hati kalau memeluk. Karena kandungan istri sudah mulai membesar, tidur telentang tidak enak, tidur tengkurap malah seperti timbangan.
Setelah bayi lahir ada selamatan brokohan, dari kati barokah. Ya, anak adalah barokah dari Allah swt. Maka sebagai rasa syukur, orang tua si bayi mengadakan selamatan (orang lain biasa menyebut bersedekah).

Semoga setelah membaca tulisan ini, kita semakin paham mengapa tradisi ini diadakan dan apa maksud dan tujuannya sehingga kita tidak terjebak dalam fanatisme buta yang malah takutnya menjerumuskan kita dalam perbuatan syirik

Petuah bijak dalam pernikahan adat jawa



Di dalam resepsi pernikahan yang menggunakan adat jawa, pasti kita sering melihat penggunaan kembar mayang, kuade, ritual injak telur, nemokne manten (mempertemukan kedua mempelai). Tapi tahukah sebenarnya arti dari hal-hal yang saya sebutkan tadi. Sebagian besar pasti menjawab tidak. Karena memang sebagian masyarakat hanya mengikuti tradisi dari nenek moyang tanpa pernah bertanya tentang makna dari tradisi tersebut.
Yang pertama adalah kembar mayang. Ada banyak sekali bagian dari kembar mayang, mulai dari batang pohon pisang, janur kuning, mayang, daun puring, daun andong, daun beringin, lalu burung-burungan dari janur kuning.
1.       Mayang adalah bunga pohon pinang, pinang itu pohonnya lurus tidak bercabang. Nasehatnya adalah diharapkan menjadi suami dan istri yang lurus dan jujur. Tidak
mengkhianati kepercayaan yang sudah diberikan.
2.       Batang pohon pisang yang dipakai adalah batang pohon pisang raja, kenapa pisang raja? Karena diharap rezekinya banyak seperti raja ( harus halal dan berkah pastinya).
3.       Daun puring maknanya nyuwun separing-paring ing ngarsane Gusti Allah (meminta sedikasihnya Allah swt) alias tawakkal.
4.       Daun andong artinya andongoo (berdoalah kepada Allah swt)
5.       Daun beringin dari kata ro’in yang artinya pemimpin. Setelah menikah lelaki adalah pemimpin dalam keluarga.
6.       Burung-burungan dari janur kuning. Burung-burungan melambangkan burung merpati, merpati itu hewan yang setia, meskipun dalam satu kandang dicampur 5 merpati jantan dan 5 merpati betina jika bukan pasangannya merpati tidak mau menyetubuhi. Hal ini menasehati kita agar tidak berzina. Dan merpati itu pembagian tugasnya jelas, yang jantan mencari makan yang betina merawat anaknya. Jangan dicoba dibuatkan ayam-ayaman. Karena karakter ayam itu yang betina merawat anaknya yang jantan menyetubuhi tetangganya (becanda).
Yang kedua adalah ritual injak telur. Kita tidak tahu kelak telur itu akan menjadi ayam betina atau ayam jantan jika sudah menetas. Begitu pula setelah kita menikah kita tidak tahu masalah apa saja yang akan kita hadapi. Maka setelah injak telur sang istri membasuh kaki sang suami, ini menggambarkan bahwa diperlukan kerja sama yang baik dari suami istri dalam menyelesaikan masalah.
Yang ketiga ritual nemokne manten (mempertemukan kedua mempelai). Sebenarnya ini adalah mengingat sejarah nabi Adam AS dan Siti Hawa yang dipisahkan oleh Allah Swt saat keduanya diturunkan ke dunia. Lalu keduanya dipertemukan kembali setelah berpisah sekian lama.
Penggunaan kuade, (kuato yo ndhuk, koe arep ngangkat barang sing gede).
Alasnya menggunakan karpet, kalau yang bawah mekar yang atas bisa segera mepet.
Itulah sedikit ilmu yang bisa saya bagikan. Semoga setelah membaca ini, bisa menambah sedikit pengetahuan mengenai adat jawa saat resepsi pernikahan, sehingga kita tidak jadi pengikut buta yang hanya tahu melaksanakan tanpa pernah tahu maknanya.

Kamis, 03 Desember 2015

Jangan Sebarkan Perbuatan Maksiatmu!

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:كُلُّ أُمَّتِى مُعَافىً إِلِّا الْمُجَاهِرَ الَّذِى يَعْمَلُ الْعَمَلَ بِالَّليْلِ فَيَسْتُرُهُ رَبُّهُ ثُمَّ يُصْبِحُ فَيَقُوْلُ : يَا فُلَان إِنِّى 
  عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَ كَذَا فَيَكْشِفُ سِتْرَ اللَّه عَزَّ و جَلَّ-الطبراني 
Artinya: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,”Seluruh umatku diampuni, kecuali pelaku terang-terangan (dalam maksiat), yang melakukan perbuatan di malam hari dan Rabb-nya menutupinya, kemudian di pagi harinya mengatakan,’Wahai fulan, tadi malam aku melakukan demikian…demikian…’ Maka ia membuka tutup Allah Azza wa Jalla.” (Riwayat At Thabarani, dishahihkan oleh As Suyuthi)
Al Munawi menyampaikan bahwa tutup itu terbuka dikarenakan pelakunya telah mengumumkannya kepada khalayak. Dan perbuatan itu termasuk penghianatan, karena Allah telah menutupi perbuatan itu. Karena sifat Allah dan nikmat-Nya adalah menampakkan keindahan dan menutupi keburukan. Maka menampakkannya merupakan kekufuran terhadap nikmat Allah.
Dan adanya dampak dari perbuatan itu yang berupa timbulnya keinginan untuk melakukan maksiat bagi siapa yang mendengar dan menyaksikannya maka itu merupakan dua dosa. Jika hal itu ditambahi dengan ajakan untuk melakukan maksiat dan menyebabkan seseorang melakukannya maka dosanya menjadi empat, dan keadaan pun semakin memburuk.
Oleh sebab itu, Imam An Nawawi berpendapat jika seseorang melakukan maksiat hendaklah ia tidak menyampaikan kepada siapapun, namun segera berhenti malakukan hal  itu dan menyesalinya serta berazam kuat untuk tidak mengulanginya.
Namun apabila menceritakan perbuatan itu kepada syeikhnya, agar penanya memperoleh cara untuk bisa mengetahui sebabnya dan cara menghentikan maksiatnya tersebut maka hal itu merupakan perkara yang baik.
Sebagaimana Imam  Al Ghazali membedakan antara mengabarkan perbuatan maksiat dalam rangka bertanya dan mengabarkannya dalam rangka menjadikan perbuatan tersebut sebagai bahan senda-gurau. Yang pertama tidak mengapa, yang kedua merupakan perbuatan yang dicela. (Lihat, Faidh Al Qadir, 5/41,42)
http://www.hidayatullah.com/kajian/lentera-hidup/read/2015/08/29/76677/jangan-sebarkan-perbuatan-maksiatmu.html

Sabtu, 05 September 2015

Memperlakukan Mushaf Rusak

Assalamuálaikum wr. wb
Mohon penjelasan bagaimana adab memperlakukan mushaf Al-Qurán yang sudah rusak karena lapuk dan sebagian halamannya hilang. Salah seorang ustadz pernah mengajarkan agar dibakar sehingga tulisannya hilang kemudian bisa dibuang dimana saja karena tidak tertera kalamullah lagi. Tetapi saya juga pernah mendengar di suatu ta’lim bahwa membakar mushaf adalah dosa besar karena dapat dikategorikan sebagai penghinaan terhadap kalam ilahi.
Jazakumullah khairan
Waalaikumussalam Wr Wb
Saudara Jarot yang dimuliakan Allah swt
Tidak ada larangan untuk membakar lembaran-lembaran mushaf Al Qur’an demi menjaga dari hal-hal yang dapat menghinakannya. Ustman bin Affan pernah memerintahkan untuk membakar semua mushaf yang ada pada sebagian sahabat selain mushafnya demi menjaga Al Qur’an dan tidak ada seorang pun yang menyalahi perbuatannya.
Tidak diperbolehkan membuang selembar pun mushaf ke tanah atau ke tempat yang kotor selama didalamnya terdapat satu huruf dari perkataan Allah swt dan jika hal yang seperti ini terjadi semata-mata karena menghinakan dan melecehkannya maka itu adalah kekufuran.
Didalam kitab “al Itqon” milik Suyuthi juz II hal 172 disebutkan bahwa jika sebagian lembaran-lembaran mushaf memerlukan penanganan karena rusak atau yang sejenisnya maka tidak boleh diletakkan di samping atau di tempat lainnya karena ada kemungkinan ia akan terjatuh dan diinjak-injak, tidak boleh dirobek-robek karena bisa memotong-motong huruf dan memecah-mecah perkataan-Nya dan itu semua merupakan pelecehan terhadap apa yang tertulis didalamnya, demikianlah dikatakan oleh al Hulaimi.
Dia berkata,”Dibolehkan baginya mencucinya dengan air dan jika dia ingin membakarnya dengan api maka tidaklah mengapa. Utsman pernah membakar mushaf-mushaf yang didalamnya terdapat ayat-ayat dan bacaan-bacaan yang telah dimansukh (dihapus) dan tidak seorang pun menyalahinya.
Ulama yang lainnya menyebutkan bahwa yang paling utama adalah membakarnya daripada mencucinya karena mencucinya terkadang menjadikan lembaran itu jatuh keatas tanah. Al Qodhi Husein menegaskan didalam catatan pinggirnya akan pelarangan membakarnya karena hal itu bertentangan dengan sikap memuliakannya sedangkan Nawawi berpendapat hal itu makruh.
Di sebagian kitab al Hanafi bahwa mushaf apabila rusak maka janganlah dibakar akan tetapi ditimbun didalam tanah, di kubur dan diletakkan didalamnya untuk menghindari dari pijakan kaki-kaki.
Itulah perkataan para ulama secara ringkas terhadap lembaran-lembaran mushaf yang rusak, robek-robek atau dimakan rayap. Terkadang membakarnya adalah cara yang paling mudah untuk itu dengan disertai niat yang baik dalam hal itu demi menjaga al Qur’an dan tidak menghinakan dan melecehkannya dan sesungguhnya amal perbuatan tergantung dari niatnya. (Fatawa al Azhar juz IV hal 447)
Wallahu A’lam
Ustadz Sigit Pranowo Lc
http://www.eramuslim.com/ustadz-menjawab/memperlakukan-mushaf-yang-rusak.htm#.VerPqfBDDcs

10 Perkara yang Allah Benci

Kebanyakan orang melakukan sesuatu tanpa menyadari bahwa apa yang dilakukan itu sangat dibenci Allah. Kosongnya ilmu dari diri mereka menyeretnya hanyut dalam perkara-perkara yang seharusnya senantiasa dihindari, dijauhi dan bahkan harus dibenci karena Allah juga sangat membencinya.
Ada sepuluh hal yang Allah sangat benci yang tidak seharusnya kita terjerat di dalam perangkapnya :
  1. Kikirnya orang-orang kaya
  2. Takabburnya orang-orang miskin
  3. Rakusnya para ulama
  4. Minimnya rasa malu para wanita
  5. Suka dunia orang-orang yang sudah tua renta
  6. Malasnya para pemuda
  7. Kejinya para penguasa
  8. Pengecutnya para tentara perang
  9. Ujubnya para zahid
  10. Riya’nya para ahli ibadah
Orang-orang kaya itu dihadirkan untuk membei bantuan dan meringankan orang lain, meringankan beban orang-orang tak berdaya sebagai ungkapan syukur atas nikmat yang Allah berikan kepadanya. Kekayaan yang mereka miliki jangan sampai terkonsentrasi pada dirinya dan tidak bisa dinikmati oleh orang lain. Bahkan menurut Rasulullah, cukuplah sebuah dosa bagi seseorang yang tidur kekenyangan sementara tetangganya mengerang kelaparan. Kepedulian sosial adalah bagian sangat penting dalam ajaran Islam yang harus senantiasa dikibarkan panji-panjinya. Orang yang tidak pernah terlibat merasakan denyut nadi perasaan orang lain sesungguhnya dia bukan bagian dari mereka. Barang siapa yang tidak pernah peduli pada masalah-masalah kaum muslimin maka sesungguhnya dia bukan bagian bagian dari mereka.
منن أصبح لا يهتم بالمسلمين فليس منهم
Barang siapa yang tidak peduli dengan urusan kaum muslimin maka dia bukan bagian dari mereka (HR. Hakim).
Kikirnya orang-orang kaya akan menyumbat kesejahteraan sosial yang menjadi pilar besar ajaran Islam.
وأى داء أدوى من البخل
Lalu penyakit apa lagi yang lebih berbahaya daripada sifat kikir (HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim)
Adapun takabburnya orang-orang miskin adalah penyakit yang sulit dimengerti. Apa yang mendorong dirinya menjadi takabbur. Padahal harta tidak punya, kekayaan tidak melimpah. Rumah morat marit, kendaraan sudah berumur. Lalu apa yang membuat mereka sombong? Padahal orang kaya berharta saja yang memiliki kekayaan dan harta berlimpah tidak boleh menyombongkan diri kepada siapa saja. Sebab Allah sangat tidak menyukai perilaku sombong itu karena dia termasuk sifat yang melekat pada Iblis, yang karenanya dia dilaknat Allah dan diusir dari surga serta akan dikekalkan dalam neraka. Simaklah firman Allah berikut ini :
واعبدوا الله ولا تشركوا به شيئا وبالوالدين إحسانا وبذي القربى واليتامى والمساكين والجار ذي القربى والجار الجنب والصاحب بالجنب وابن السبيل وما ملكت أيمانكم إن الله لا يحب من كان مختالا فخورا
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri (An-Nisaa’ : 36).
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri (Lukman : 18).
Kesombongan hanya akan menyesakkan dada pelakunya dan memuakkan orang yang dihadapinya. Kesombongan hanya akan merenggangkan keakraban yang selama ini sudah terbina. Kesombongan hanya akan membuat jiwa tidak terkontrol sehingga meremehkan setiap orang yang dihadapinya. Sungguh lebih gila jika kesombongan itu dilakukan oleh orang-orang miskin papa yang tidak memiliki apa-apa. Beda antara harga diri dengan kesombongan. Harga diri adalah mempertahakan kehormatan diri jika dihina sedangkan sombong adalah meremehkan sesama.
Sedangkan para ulama dihadirkan untuk menghadirkan contoh sifat qana’ah dan tidak rakus pada dunia. Ulama sebagai penyeru akhlak dan moralitas hendaknya menyadari bahwa dirinya ditatap, disorot dan diamati oleh sekian ribu mata yang senantiasa menanti perilaku lurusnya. Ulama tidak dilahirkan untuk rakus pada dunia. Sebagai pewaris para Nabi sudah sepantasnya mereka tidak terlalu berpikir mewariskan dunia pada anak-anaknya namun yang dia pikirkan bagimana mewariskan ilmu pada generasinya.
Manusia-manusia yang bukan ulama saja tidak boleh tamak pada dunia apalagi ulama yang seharusnya menjadi contoh bagi mereka. Rakus pada dunia mematikan perburuan pada akhirat dan melemahkan ummat ini. Para pecinta dunia akan terkena penyakit ganas yang disebut dengan”wahn” cinta cinta dunia over-dosis dan takut mati over-dosis.
Para ulama pecinta dunia hampir bisa dipastikan mereka akan kehilangan karisma dan martabat keulamaannya dan akan mendapat gelar “ulama dunia” atau sering pula disebut dengan ulama suu’, ulama buruk.
ويل لأمتى من علماء السوء يتخذون هذا العلم تجارة يبيعونها من أمراء زمانهم ربحا لأنفسهم لا أربح الله تجارتهم
Celakalah bagi ummatku dari ulama buruk yang menjadikan agama ini sebagai komoditas, yang mereka jual pada para penguasa mereka di zamannya demi meraup keuntungan untuk diri mereka sendiri. Allah pasti tidak akan menjadikan bisnis mereka memperoleh keuntungan (HR. Hakim).
Wanita, fitrahnya dihadirkan dengan rasa malu yang luar biasa. Dari cara mereka bicara, cara mereka memandang, cara mereka berjalan ada sentuhan-sentuhan kelembutan yang luar biasa yang menggambarkan bahwa mereka adalah seorang wanita. Wanita dicipta untuk melahirkan kelembutan-kelembutan yang terefleksi dari perilaku mereka yang senantiasa berhiaskan rasa malu. Maka jika seorang wanit sedikit rasa malunya, dunia akan menjadi tidak seimbang lagi. Karena sisi positif wanita telah kehilangan ikatannya. Wanita masa kini tidak lagi merasa memamerkan auratnya di depan laki-laki asing.
Maka jangan heran jika Allah murka karena maksiat mereka. Padahal kita bisa belajar dari apa yang dilakukan oleh dua anak gadis Nabi Syu’aib tatkala mereka mau mengambil air di sebuah sumur lalu keduanya bertemu Musa, sosok wanita ideal yang saat ini tidak pernah lagi jadi perbincangan. Allah berfirman : Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan, ia berkata: “Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberi balasan terhadap (kebaikan) mu memberi minum (ternak) kami”. Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu’aib) dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya). Syu’aib berkata: “Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang dzalim itu”. (Al-Qashahs : 25). Malu adalah mahkota seorang wanita, dan kehilangan rasa malu sama dengan kehilangan mahkotanya. Dan secara otomatis hilang pula harga dirinya.
Orang tua renta sudah seharusnya mempersiapkan segala hal untuk kematiannya. Kerentaannya hendaknya memberikan peringatan keras bahwa dia telah dekat untuk menuju ambang kematian. Dia telah jauh berjalan menemupuh liku-liku dunia dan semua uji cobanya. Rambut yang menguban, gigi yang bertanggalan, tulang-belulang yang mulai keroposan adalah sebagai pengingat bahwa kematian akan segera menjelang, menjemputnya bersama ketuaan yang sudah disandang.
Orang tua yang masih senang dunia, mabuk di dalamnya, berebut kenikmatannya yang hanya sementara tentu saja sangat Allah benci. Apakah mereka tidak sadar bahwa dunia akan segera ditinggalkannya, lalu untuk apa dia masih berburu dunia dengan penuh tamak dan cinta yang melampui batas.
Adapun masa muda adalah masa paling produktif dalam kehidupan manusia. Masa muda adalah masa gelora kehidupan mereka. Masa muda adalah masa penentuan masa depan yang sesungghnya. Maka malasnya pemuda adalah alamat awal dari suram dan buramnya masa depan mereka. Gelap dan gulitanya hari-hari ke depan mereka. Manusia yang tidak memiliki awal yang cemerlang biasanya sulit menuai cahaya di ujung kehidupan. Pemuda tiang sebuah bangsa.
Maju dan tidaknya sebuah bangsa berada pada produktivitas mereka, sedangkan bangkrut dan hancurnya sebuah negara ada pada kemalasan mereka. Islam di awal-awal bangkit karena dukungan para pemuda enerjik yang anti kemalasan. Siang mereka adalah kerja keras dan malam mereka adalah ibadah malam.
Rasulullah menghimpun orang-orang mulia dalam tujuh golongan diantaranya adalah pemuda yang enerjik. Rasulullah bersabda :
سبعة يظلهم الله في ظله يوم لا ظل إلا ظله إمام عادل وشاب نشأ في عبادة الله ورجل قلبه معلق بالمسجد إذا خرج منه حتى يعود إليه ورجلان تحابا في الله فاجتمعا على ذلك وافترقا عليه ورجل ذكر الله خاليا ففاضت عيناه ورجل دعته امرأة ذات منصب وجمال فقال إني أخاف الله رب العالمين ورجل تصدق بصدقة فأخفاها حتى لا تعلم شماله ما تنفق يمينه
Tujuh golongan orang yang akan mendapat naungan Allah pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan Allah. Peminpin yang adil, pemuda yang tumbuh berkembang dalam beribadah kepada Allah, lelaki yang hatinya senantiasa terpaut ke mesjid tatkala dia keluar darinya hingga dia balik kembali, dua lelaki yang saling mencinta karena Allah. Dia berkumpul karenanya dan berpisah karenanya pula. Lelaki yang mengingat Allah sendirian kemudian kedua matanya mengalirkan air mata, lelaki yang dipanggil oleh seorang wanita yang memiliki kedudukan dan cantik lalu dia berkata : Sesunggguhnya aku takut kepada Allah Tuhan semesta alam, seseorang yang bersedekah lalu dia menyembunyikannya sampai-sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan tangan kanannya (HR. Malik, Tirmidzi, Bukhari Muslim).
Peminpin sebagaimana diisyaratkan hadits di atas juga seharusnya berbuat adil bukan berlaku kejam agar mereka mendapat naungan Allah di hari kiamat. Keadilan mereka sangat ditunggu dan dirindu oleh rakyat. Karena harapan keadilan memang bertumpu pada para penguasa itu. Keadilan adalam dambaan setiap orang, cita setiap insan. Tatkala seorang penguasa yang seharus adil berubah menjadi keji maka kemurkaan Allah yang demikianpedih telah menunggu mereka. Karena Allah sangat tidak suka pada mereka yang berbuat zhalim. Allah berfirman : Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang dzalim (Ali Imran : 151).
Para prajurit yang berlaga di medan perang adalah manusia-manusia pilihan untuk melakukan pembelaan terhadap agama mereka. Maka harus tidak ada dalam jiwa mereka rasa pengecut dan gentar saat menghadapi musuh sebesar apapun jumlah musuh yang ada di depan mereka. Selengkap apapun peralatan musuh yang mereka miliki. Jiwa prajurit adalah jiwa ksatria yang pantang menyerah pada musuh.
Jiwa prajurit tidak pernah menyimpan sikap pengecut dalam kamus hidup mereka. Sikap pengecut hanya akan menjadi virus yang menularkan kegentaran pada prajurit lain dan akan merusak semangat juang mereka. Oleh sebab itulah sungguhh sangat hina manusia-manusia yang melarikan diri pada saat perang sedang berkecamuk. Allah berfirman : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur) (Al-Anfaal : 15).
Ujub adalah penyakit hati yang bisa menyerang siapa saja. Tidak terkecuali pada zahid yang banyak menghindari dunia dan lebih dekat pada akhirat. Namun kezahidan mereka akan menuai murka Allah jika dalam kezahidan itu bergemuruh ujub yang membuncah dalam ucapan dan perilaku mereka.
Rasulullah bersabda :
ثلاث مهلكات : شح مطاع ، وهوى متبع ، وإعجاب المرء بنفسه
Tiga perkara yang menghancurkan : kekikiran yang dituruti, hawa nafsu yang diikuti dan ujub dengan pendapat sendiri (HR. Bazzar dan Ath-Thabrani).
Yang tak kalah sengitnya akan mendapatkan murka Allah adalah mereka yang menyatakan diri sebagai ahli ibadah namun riya’ menyelimuti seluruh ritual ibadahnya, mengiringi setiap langkah ibadahnya. Pujian selalu dia harapkan dari mulut manusia, pujaan selalu mereka dambakan dari lisan mereka. Sungguh celakalah mereka karena sesungguhnya riya’ itulah syirik kecil yang sangat diwanti-wanti oleh Rasulullah agar kita meninggalkannya.
Maka, jika kita menjadi orang kaya dermawanlah pada sesama. Jika kita ditakdirkan menjadi seorang miskin lebih rendah hatilah pada manusia. Jka kita menjadi ulama janganlah rakus pada dunia. Jika Anda seorang wanita maka ingat bahwa mahkota Anda ada pada rasa malu Anda. Jika kita telah tua renta maka segeralah rakus pada akhirat. Jika jika masih muda maka semangatlah bekerja untuk mengisi amanah khilafah di dunia yang Allah bebankan kepada Allah.
Dan jika Anda penguasa berbuat adillah pada orang yang kita pimpin. Jika Anda ada di medan tempur bersikaplah berani. Kalaupun Anda adalah seorang zahid tapi tak layak bagi Anda untuk berkata dan berbuat ujub dan jangan pula ibadah Anda terkotori oleh riya’ yang sering menjangkit jiwa tanpa diduga.
Semoga kita selamat dari sepuluh perkara di atas agar murka Allah tidak menimpa kita dan bangsa kita.
-Ustadz Samson-