Saya ingat saat pertama kali cucu saya, Casey, berusia
18 tahun, mulai berdiskusi dengan saya tentang Islam dan semua hal
tentang itu. Rupanya dia telah membaca sejumlah artikel di media online
dan juga mendengarkan pembicaraan yang disampaikan Ahmed Deedat dan
pembicara lain yang ia sebut “mualaf.”
Saya awalnya bingung dengan ketertarikannya pada Islam. Meskipun
dibesarkan sebagai seorang Kristen, Casey telah menunjukkan sedikit
minat dengan isu-isu agama, walaupun awalnya jarang mendiskusikannya
dengan saya. Saat berbicara dengan dia, saya segera mengetahui bahwa ia
telah melakukan banyak pemikiran dan penelitian tentang Islam, dan lebih
khusus lagi, Al-Qur’an.
Diskusi kami dengan segera berkisar tentang apa yang telah
dipelajarinya, juga pertanyaannya yang diarahkan kepada saya tentang
dasar iman Kristen saya. Pertanyaan kepada saya antara lain: “Mengapa
ada begitu banyak versi yang berbeda dari Alkitab?”, “Mengapa ada begitu
banyak perbedaan pandangan (doktrin) yang dianut oleh orang-orang
Kristen, dan mengapa ada sekitar 43.000 penyebutan Kristen yang berbeda
di dunia saat ini?”
Saya kemudian menjelaskan, ribuan penyebutkan tersebut terkait dengan
perbedaan keyakinan yang diajarkan Alkitab. Mereka mungkin setuju pada
banyak hal, tapi ada banyak isu yang mereka juga tidak setuju.
Pertanyaan Casey tersebut adalah salah satu yang juga ada dalam benak
saya selama bertahun-tahun, tetapi saya tidak bisa mendapatkan
jawabannya.
Saya hanya diajarkan untuk merujuk pada ayat dari Kitab Ibrani ketika
saya tidak menemukan jawaban dari Kitab Bibel, yang bunyinya: “Iman
adalah dasar dari segala sesuatu yang buktinya tidak terlihat.”
Mungkin salah satu hal besar yang membuat saya ingin mengetahui
secara mendalam ke dalam Islam adalah ajaran yang hanya ada satu Tuhan,
bukan Trinitas seperti yang diajarkan di sebagian besar aliran Kristen.
Doktrin Trinitas mengatakan bahwa ada tiga bagian Tuhan, yaitu Bapa,
Anak, dan Roh Kudus. Ajaran ini selalu mengganggu saya; ini yang paling
sulit untuk diterima. Padahal di dalam “Kejadian”, buku pertama dari
Alkitab, memberitahu kita tentang Tuhan, yakni satu Tuhan, yang
menciptakan dunia.
Yang juga mengganggu lainnya adalah doktrin dosa asal. Ini berarti
bahwa semua manusia dilahirkan dalam dosa karena orang tua pertama kita
(Adam dan Hawa) berdosa. Saya lantas mengetahuinya bahwa Islam
menyangkal keyakinan tersebut.
Saya kemudian mulai mendengarkan Ahmed Deedat dan guru agama lainnya
secara online. Saya tertantang untuk mengetahui hal yang berbeda dari
yang saya ketahui. Setelah saya mengetahui, saya pun terkesan terhadap
beberapa hal: satu adalah bagaimana Al-Qur’an itu berasal. Ini tidak
seperti Bibel, yang tidak jelas asalnya. Juga tidak ada versi yang
berbeda-beda dari Al-Qur’an. Selain itu, Tuhan yang digambarkan dalam
Alkitab sering melakukan hal-hal yang Anda sendiri tidak akan berpikir
Tuhan akan melakukannya. Hal semacam ini tidak ada dalam Al Qur’an.
Kemudian saya beruntung menemukan Mohamed Haroon Sait melalui website
Carolina Muslim. Dia dengan murah hati mengirimkan saya Qur’an serta
berbagai bahan bacaan.
Casey dan saya mempelajarinya. Saya belajar tentang 5 Rukun Islam dan
sangat terkesan dengan rukun ini karena merupakan instruksi tentang
bagaimana menjalani hidup yang memuaskan dan menyenangkan Allah. Saya
pun berpikir dalam hati: ini merupakan kitab suci yang berasal dari
Allah, keyakinan yang dipraktekkan setiap hari, bukan hanya sekali pada
akhir pekan. Saya pun mulai ingin menjadi bagian dari ini.
Kami beruntung, Casey dan saya diundang oleh Haroon untuk mengunjungi
Charlotte untuk bertemu dengan dia dan Muslim lainnya. Aku tidak akan
pernah lupa dengan keramahan penyambutannya yang hangat. Saat itu Jumat
siang, yang kemudian kami diajak makan siang serta bercakap-cakap. Casey
dan saya memiliki kesempatan untuk menyampaikan apa yang ada dalam
pikiran kami. Setiap orang memberikan perhatian yang tulus dari apa yang
kami katakan dan tanya.
Selang beberapa waktu kemudian Casey dan saya memutuskan menjadi
Muslim dan mengucapkan Syahadat . Keputusan kami ambil saat malam hari
di Masjid Mustafa. Itu merupakan malam yang saya tidak akan pernah lupa;
ketika kita telah mempertimbangkannya, apalagi yang lebih penting
dibanding ketika kita menyerahkan hidup kita kepada Allah?
Cucu saya dan saya selamanya berterima kasih kepada saudara saya
Mohamed Haroon dan semua yang telah ia lakukan untuk kami. Selain itu,
saya tidak bisa melupakan Saudara-saudara dari Charlotte, serta cinta
dan kebaikan mereka selamanya. Memang saya akui keluarga saya,
teman-teman Casey, dan teman-teman saya, masih belum memahami keyakinan
kami ini. Tetapi saya berharap kami dapat mempengaruhi orang-orang lain
melalui apa yang akan kami jalani, sehingga mereka akan mengetahui
tentang keindahan dan kebenaran Islam.*/Dikisahkan David Cavall dalam Carolina Muslims.
http://www.hidayatullah.com/feature/cermin/read/2014/11/04/32570/saya-dan-cucu-akhirnya-memilih-islam.html#.VH-B2J520r8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar