Selasa, 09 Juni 2015

Berpuasa Tapi Tak Meraih Ampunan

Merinding mengingati sebuah hadis. Ramadhan kian dekat, tapi diri ini serasa masih jauh dari taat. Padahal inilah kesempatan terbaik untuk meraih ampunan Allah Ta’ala. Sedemikian besar peluang ampunan yang Allah Ta’ala berikan kepada kita sampai-sampai malaikat mendo’akan keburukan bagi yang menjumpai Ramadhan, tapi keluar darinya dalam keadaan belum mendapatkan ampunan Allah Ta’ala. Ini sekaligus menunjukkan bahwa tidak setiap yang tampak berpuasa akan mendapat ampunan. Boleh jadi ia merasa berpuasa, padahal hanya sekedar mengubah jadwal makan dan minum semata. Ia menahan diri dari lapar dan dahaga, tapi ucapannya sia-sia, melalaikan atau bahkan jelas-jelas mengandung kemunkaran.
Termasuk yang manakah kita? Apakah kita termasuk orang-orang yang beruntung sehingga keluar dari bulan Ramadhan dalam keadaan diampuni dosa-dosa kita? Ataukah kita termasuk yang merugi dan bahkan mendapat do’a keburukan dari Jibril?
Ingatlah sejenak hadis ini:
رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَىَّ وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ أَدْرَكَ عِنْدَهُ أَبَوَاهُ الْكِبَرَ فَلَمْ يُدْخِلاَهُ الْجَنَّةَ
“Sungguh sangat terhina dan rendah seseorang yang disebutkanku, lalu dia tidak bershalawat atasku. Sungguh sangat terhina dan rendah seseorang yang datang kepadanya Ramadhan kemudian bulan tersebut berlalu sebelum diampuni untuknya (dosa-dosanya). Sungguh sangat terhina dan rendah seseorang yang mendapati kedua orangtuanya lalu keduanya tidak memasukkannya ke dalam surga.” (HR. Tirmidzi).
Sesudah itu, marilah kita mengingat sejenak hadis berikut ini. Semoga Allah Ta’ala berikan hidayah seraya bertanya pada diri sendiri, sudah adakah kepantasan pada diri kita untuk memperoleh ampunan-Nya yang sempurna? Sementara ibadah kita masih ala kadarnya. Sungguh, ‘Idul Fithri bukan penanda terhapusnya semua dosa. Bagaimana kita akan terbebas dari dosa jika puasa kita hanya menahan diri dari lapar dan dahaga? Maka, sekali lagi, mari kita bertanya pada diri sendiri.
Mari kita renungi sejenak:
Dari Ka’ab bin Ujrah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah saw. bersabda:
“Mendekatlah kalian ke mimbar!”
Lalu kami pun mendekati mimbar itu. Ketika Rasulullah menaiki tangga mimbar yang pertama, beliau berkata, “Amin.”
Ketika beliau menaiki tangga yang kedua, beliau pun berkata, “Amin.”
Ketika beliau menaiki tangga yang ketiga, beliau pun berkata, “Amin.”
Setelah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam turun dari mimbar, kami pun berkata, “Ya Rasulullah, sungguh kami telah mendengar dari engkau pada hari ini, sesuatu yang belum pernah kami dengar sebelumnya.”
Rasulullah saw. bersabda, “Ketika aku menaiki tangga pertama, Jibril muncul di hadapanku dan berkata, “Celakalah orang yang mendapati bulan Ramadhan yang penuh berkah, tetapi tidak memperoleh keampunan.”
Maka aku berkata, “Amin”
Ketika aku menaiki tangga yang kedua, Jibril berkata, “Celakalah orang yang apabila namamu disebutkan, dia tidak bersalawat ke atasmu.” Aku pun berkata, “Amin.”
Ketika aku melangkah ke tangga ketiga, Jibril berkata, “Celakalah orang yang mendapati ibu bapaknya yang telah tua, atau salah satu dari keduanya, tetapi keduanya tidak menyebabkan orang itu masuk surga.”
Aku pun berkata, “Amin.” (HR. Al-Hakim).
Kira-kira, termasuk yang manakah kita? Semoga kita dapat saling mengingatkan. Semoga pula tidaklah kita mati kecuali dalam keadaan sebagai muslim. Benar-benar muslim.

Rabu, 03 Juni 2015

Apakah Kalian Masih Menjadi Budak?

Oleh : Asy Syahid Sayyid Qutb
Budak itu bukanlah orang yang karena dipaksa oleh keadaan sosial ataupun situasi ekonomi yang menjadikan mereka hamba sahaya, dimana para pemilik memperlakukan mereka sama dengan memperlakukan benda benda dan binatang. Yang hakiki mereka disebut budak itu  adalah orang orang yang diselamatkan oleh keadaan situasi ekonomi dari perbudakan, tetapi mereka berebut untuk menjadi budak dengan suka rela.
Budak saat itu bahkan termasuk orang orang yang mempunyai istana dan tanah perkebunan, mempunyai kecukupan dalam soal harta benda, mempunyai cara cara untuk bekerja dan berproduksi, tidak dikuasai oleh seorang pun dalam soal harta benda dan jiwa mereka, tetapi mereka saling berebut di pintu tuan tuan , saling berebut untuk menjadi budak dan memberi jasa. Mereka sendiri yang meletakkan belenggu di tengkuknya, yang merantai kakinya dan memasang lencana perbudakan, dengan saling berebut dan dengan rasa bangga pula.
Budak adalah orang orang yang berdiri di depan pintu tuannya, berdesak desakan, padahal mereka melihat dengan mata dan kepala mereka sendiri bagaimana tuan itu menyepak nyepak budak budaknya yang hina dina itu dengan tumit sepatunya, bagaimana budak budak itu diusir dari pekerjaan mereka sambil menunduk nundukkan kepala kepada tuan itu, lalu tuan itu menampar muka mereka dengan penuh kehinaan , dan memerintahkan agar mereka dilemparkan ke luar pintu. Tetapi setelah kejadian itu , mereka para budak itu kembali berdesak desakan di luar pintu, menawarkan jasa jasa untuk menggantikan orang orang yang telah dilemparkan ke luar. Semakin keras penghinaan kepada mereka , semakin mereka berdesak desakan di sekeliling tuan itu bagaikan gerombolan lalat mengelilingi bangkai.
Budak adalah orang orang yang melarikan diri dari kemerdekaan, bila mereka dihalau oleh seorang tuan, mereka akan mencari tuan yang baru. Di dalam jiwa mereka terdapat kebutuhan mendesak untuk hanya menjadi budak, karena mereka mempunyai indera ke-enam, atau ke-tujuh yaitu indera kehinaan. Kebutuhan ini harus mereka penuhi, kalau tidak ada orang yang menjadikan mereka budak, maka jiwa mereka akan haus untuk diperbudak, mereka berdesak desakan di sekitar pintu untuk minta diperbudak. Aneh…!
Budak adalah orang yang apabila telah dimerdekakan merasa iri kepada budak budak yang masih meringkuk dalam sangkar, bukan merasa iri kepada orang yang telah bebas merdeka, karena para budak itu takut akan merdeka, karena mereka meyakini memegang kehormatan diri itu adalah berat.
Tetapi anehnya , para budak itu kini menjadi orang orang yang perkasa di atas dunia ini, berlaku kejam dan bengis terhadap orang orang yang merdeka, yang dengan sukarela menganiaya orang yang merdeka, dan merasa senang sekali menyakiti orang orang merdeka, mereka lakukan begitu karena atas suruhan tuannya.
Mereka sama sekali tidak mengerti kenapa orang-orang yang merdeka itu mempunyai motivasi untuk menjadi merdeka. Mereka mengira kebebasan itu adalah suatu pemberontakan, kemuliaan sebagai suatu dosa, oleh sebab itu para budak melampiaskan kepada orang orang yang merdeka yang  tidak mau berjalan bersama dalam barisan budak budak.
Para budak berlomba lomba menciptakan kreasi baru untuk menghukum orang orang yang bebas merdeka, karena temperamen para tuan mereka itu sering merasa bosan dengan permainan yang berulang ulang. Tuan itu sering mengubah para pemain dan menggantinya dengan orang orang yang sudah menanti berdiri di depan pintu untuk bisa dimainkan oleh tuannya…(Dirasah Islamiyah, Sayyid Qutb)
http://www.eramuslim.com/nasehat-ulama/apakah-kalian-masih-menjadi-budak.htm#.VW95T-ZWxzk

Hijaber Cantik AS Penggagas Badan Amal Sosial, Meninggal Dunia Usai Diwisuda

Jumat pekan lalu harusnya menjadi saat bahagia bagi Aminah Jennifa Ahmed dan keluarga. Sebab, Mahasiswi berhijab ini menjalani wisuda di University of Texas, Arlington, Amerika Serikat. Dua gelar sekaligus dia kantongi. Sarjana Biologi dan Bisnis. Namun, kebahagiaan itu seolah terenggut. Sebab, sebelum acara wisuda usai, Aminah mengeluh sakit. Dia segera meninggalkan kampus dan kemudian meninggal dunia beberapa jam setelah wisuda itu.
Seperti wisudawan lain. Saat wisuda itu Amina juga tampak ceria. Dia terlihat menebar senyum saat diwisuda di atas panggung. “Kami melihat dia berjalan dan saya berteriak memberinya semangat,” kata sepupu Aminah, Shahina Ahmed, sebagaimana dikutip Dream dari wfaa.com, Senin 25 Mei 2015.
Namun di balik kebahagiaan kala itu, sebuah penyakit mematikan tengah menggerogotinya. Sebelum menjalani foto wisuda, gadis yang dikenal cerdas dan periang ini mengeluh sakit.
Aminah mengutarakan kondisinya itu kepada teman-teman dan keluarga. Dia merasa tak kuat menahan sakit. Sehingga sang ayah, Shamsul Ahmed, segera memboyongnya pulang ke rumah. “Tak ada gejala, tak ada tanda-tanda. Dia bilang sakit kepala dan pulang,” kata Shamsul.
Sesampai di rumah, Aminah tidur di sofa. Kondisi Aminah semakin memburuk pada pukul delapan malam. Jumat malam itu, dia mengalami sesak napas.
Keluarga dengan segera membawa Aminah ke rumah sakit. Dokter belum mengeluarkan diagnosanya. Tapi gadis itu kemudian dinyatakan meninggal dunia. Saat ini, teman-teman dan keluarganya menduga Aminah mengalami aneurisma atau kelainan pembuluh darah otak.
Proyek Amal
Kabar meninggalnya Aminah itu terang saja membuat teman-teman dan keluarga berduka. Selain cerdas, selama ini Aminah dikenal sangat aktif dalam kegiatan mahasiswa. Dia juga aktif dalam berbagai kegiatan masjid dan berbagai amal.
Salah satu proyek yang tengah dia jalankan adalah operasi mata untuk anak-anak miskin di Asia Selatan. Khususnya di negara nenek moyangnya, Bangladesh. Sejak kematian gadis cantik inilah nama proyek amal ini diubah menjadi “Aminah See.”
Foto Aminah dipajang pada website proyek amal yang dibuat oleh keluarga. Dan hasilnya luar biasa. Kisah mengharukan itu rupanya menyedot orang untuk bersimpati. Lihat saja. Hanya dalam dua hari, proyek itu sudah menerima sumbangan senilai US$ 20 ribu atau sekitar Rp 263.510.000.
Komunitas amal itu berduka untuk gadis yang sangat peduli pada sesama itu. Dia diambil oleh Sang Khaliq pada hari di mana seharusnya berbahagia. Namun, Aminah telah membuat orang-orang di sekitarnya bahagia. Terutama anak-anak calon penerima bantuan proyek yang dia bangun sebelumnya. Selamat jalan Aminah.(rz/dream)
http://www.eramuslim.com/akhwat/muslimah/hijaber-cantik-as-penggagas-badan-amal-sosial-meninggal-dunia-usai-diwisuda.htm#.VW93E-ZWxzk