Oleh : Abdullah Muadz*
Sangat tidak adil jika kita menyebut istilah “Sampah Masyarakat”
kepada gelandangan, pengemis, pemulung dan sebagainya. Karena boleh
jadi keadaan mereka akibat system negara yang bobrok, sehingga
merekalah diantaranya yang menjadi korban. Tulisan ini bukan ingin
membahas opini umum seperti itu, tetapi ingin menunjukkan bahwa ada
manusia yang suka dengan sampah, yang hobi makan sampah, hobi nonton
sampah, mendengar sampah, ada yang berteman dengan sampah, segala
pekerjaan dan aktifitasnya hanya menghasilkan sampah maka sangat layak
disebut manusia sampah.
Sampah adalah sisa buangan manusia yang dianggap sudah tidak berguna.
Kalaupun bisa berguna harus di daur ulang atau direkayasa sedemikian
rupa baru bisa berguna lagi. Sampah itu identik dengan kotoran, bau,
busuk, jijik, suber penyakit, sebisanya dijauhkan dari kehidupan
manusia. Bisa kita bayangkan kondisi kejiwaan manusia yang sangat
menyukai sampah, berkatifitas yang bernilai sampai, serta yang
dihasilkan hanya sampah.
Makanan sampah adalah makanan yang mengandung bahan-bahan yang tidak
dibutuhkan tubuh, bahkan ada bahan yang membayakan tubuh, seperti zat
pengawet, pewarna, perasa, pemutih, penyedap rasa, pengenyal dan
sebagainya. Bahan-bahan seperti ini banyak digunakan di rumah rumah
makan siap saji. Bahkan boleh dikatakan menjadi resep wajib bagi
tiap-tiap resotran harus menggunakan penyedap rasa. Lidah masyarakat
kita pun sudah tidak bisa lagi dipisahkan, sehingga menjadi kunci laku
tidak lakunya sebuah tempat makan. Pemiliki warung nasi atau rumah makan
tentunya tidak mau ambil resiko, dan agak susah membangun kreatifitas
resep yang aman tapi punya rasa yang enak. Maka jalan pintasnya adalah
harus memakai penyedap rasa….
Diantara kasus yang pernah terjadi adalah seseorang anak remaja tidak
mampu mengendalikan libidonya terhadap lawan jenis, meskipun ditempat
umum atau keramaian. Setelah ditanya makanan hari harinya adalah fast
food berupa fried chiken, dan tidak pernah makan sayur dan buah-buhan.
Padahal makanan di Indonesia yang masih dianggap bergengsi ini, adalah
makanan sampah di Negara-negara maju. Hormon yang terus menerus di
suntik, atau makanan yang mengandung konsentrat tinggi agar ayam cepat
besar dan berat tidak alami. Bayangkan kalau itu terus menerus di
konsumsi oleh anak-anak tanpa diimbangi buah dan sayur akibatnya anak
anakpun akan cepat pertumbuhan biologisnya tetapi jauh meninggalkan
pertubuhan mental dan intelktualnya. Terjadilah ketidak seimbangan.
Belum lagi kita bicara rokok, narkoba, miras dan sebagainya.
Kehebatan syaitan dalam menghias dan menipu bersinergi keinginan nafsu
kotor, semakin banyak orang yang mengkonsumsi sampah. Hukuman berat bagi
si pengedar tidak membuat orang menjadi jera. Ketika keimanan kekpada
Allah SWT tidak ada lagi, maka orang tidak lagi berfikir dan berupaya
bagaimana cara menghentikan atau mengobati, tetapi berbagaimana caranya
bisa lolos dari intaiaan polisi atau bebas dari jeratan hukum.
Sebagaimana zina orang tidak lagi berfikir takut dengan pengawasan
Allah, siksa neraka, tetapi yang difikirkan bagaimana zina dengan aman
dari HIV, AIDS, dan resiko duniawi lainnya.
Ada lagi manusia Pemakai bangkai manusia, itulah julukan yang Allah
SWT berikan kepada orang yang suka menggunjing orang lain, dalam surah
Al-Hujuraat (49) ayat : 12 ). Tayangan gossip-gosip selebritis menjadi
acara yang paling laris, terbukti stiap stasiun TV punya banyak acara
ghibah yang hukumnya sama dengan memakan bangkai manusia ini. Tak kalah
larisnya juga Koran dan majalah-majalah gossip. Menjadi santapan nikmat
berita berita gossip itu sambil minum kopi dipagi hari.
Masih berkisar mulut, ada yang suka celetukan tanpa bobot, bahkan
menyebut istilah-istilah kotor, nama-nama binatang untuk menjudge orang
lain, sumpah serapah, lawakan tak bermutu, celetukan porno, isilah yang
artinya berupa penghinaan / bulliying namun karena keseringan diucpakan
jadi hal biasa.Teriakan yang tanpa tujuan, komentar hanya sekedar
mencari sensasi, provokasi negative dan sebagainya.
Dari mulut , beralih ke mata sampah, berarti mata yang suka melihat
sampah. Gambar-bambar sampah, tayangan-tayangan sampah, film-film
sampah, pertunjukan sampah, acara-acara sampah. Diantara tayangan sampah
adalah berbagai bentuk kemusyrikan dengan segala promosinya, tayangan
kekerasan kebuasan serta keberingasan, tayangan kehidupan glamor,
hedonism, kenikmatan, kemewahan dan sebagainya, tayangan seks,
ekploitasi tubuh, serta nafsu birahi, tayangan horor, syithan, hantu,
kuntilanak yang meracuni otak manusia. Berbagai bentuk hiburan,
nyanyian, tarian, lawakan atau pertunjukan apapun yang tidak punya nilai
edukatif, murahan, tanpa bobot, dan sejenisnya.
Kalau kita mau jujur mengamati keadaan, maka kita akan menyaksikan
pemandangan yang sangat mengerikan, suasana hidup dan gaya hidup
masyarakat kita. Sudah sangat kecanduan dan kehausan dengan berbagai
hiburan, sehingga boleh dibilang sudah sangat over dosis. Televisi sudah
menjadi teman hidup yang harus 24 jam nonstop menyala. Ceremonial apa
saja harus ada hiburannya, bahkan pernah ada usulan di kantor dewan pun
harus ada ruangan karouke.
Semakin lama berbagai tayangan edukatif semakin tidak diminati, lihat
saja berubahnya orientasi TPI. Investor akan berfikir seribu kali kalau
mau membuat televisi edukasi. Sudah sedemikian membusuk mata sampah,
sehingga enggan menyaksikan acara-acara yang bermanfaat, punya nilai
edukatif serta penambahan spiritual. Makanya acara yang berbobot
seperti santapan ruhani diletakkan di pagi hari pukul 05.00, waktu orang
mulai sibuk bersiap untuk kerja ke kantor. Hampir tidak ada yang mau
memasang iklan pada jam jam seperti itu. “Tuhan sangat miskin dan
syaithan sangat kaya kalau dilihat dari tayangan-tayangan televisi”.
Celetuk seorang kru televisi swasta.
Telinga sampah adalah telinga yang senang dengan bunyi-bunyian
sampah, lagu-lagu sampah, music-musik sampah, hiburan sampah, banyolan
sampah, cerita sampah dan lain lain. Diantara persoalan serius lagu-lagu
adalah lirik liriknya. Tanpa disadari banyak sekali uangkapan
kemusyrikan, terutama lagu lagu cinta. Memuja muji kepada selain Allah
SWT secara berlebihan tidak proposional banyak sekali diungkapkan dalam
nyanyian-nyanyian cinta. Seperti “Aku lahir hanya untukmu..” “lebih
baik aku mati ditanganmu” , “dihatiku hanya ada kamu..” atau “ Hidup ini
terasa hampa tanpa ada kamu disisiku” dan berbagai ungkapan gombal
lainnya…
Akhirnya kita juga banyak menyaksikan aktifitas sampah, seperti
tongkrongan sampah, pesta sampah, pertunjukan sampah, ceremoni sampah,
dan sebagainya. Isi acaranya hanya kemaksiatan dan kesenangan hewaniah.
Mata, telinga, kaki dan tangan penuh kamaksiatan, Akal dan fikiran
ngeres dan penuh kotoran. Jiwa dan Hati keras dan kelam, sulit menerima
masukan, sulit untuk diajak kebaikan.
Jika semua itu yang tersebut diatas dilakukan oleh seseorang secara
terus menerus, apalagi dilakukan oleh seorang pemuda, maka bisa kita
sebut “Pemuda Sampah”. Dan jika pemuda itu telah menjadi korban sampah
sehingga hari-harinya tidak lagi produktif, hanya menghasilkan
aktifitas dan pekerjaan sampah, maka layak juga disebut “Sampah Pemudah”
Jadi Sampah Pemuda adalah sampah yang dihasilkan oleh berbagai
aktifitas, kegiatan, pekerjaan, hoby para pemuda yang tidak membawa
manfaat apa-apa kecuali kotoran, bau busuk, sumber penyakit dan
sebagainya. Sementara Pemuda Sampah adalah pemuda hasil korban dari
kedekatannya dengan sampai, sehingga hari-hari waktunya habis disibukan
oleh berbagai macam aktifitas yang tidak ada manfaat bahkan banyak
menumbulkan bahaya. Baik bahaya untuk dirinya maupun bahaya untuk
lingkungannya.
Apabila pemuda sampah bertemu dengan program iblis laknatullah yang
pekerjaanya menyesatkan manusia kemudian didukung oleh teknologi maka
menjadi bahaya yang sangat serius. Membutuhkan penanganan yang serius
pula agar tidak semakin banyak para pemuda yang menjadi korban sampah.
Menjadi tanggung jawab kita semua bagaimana caranya mengolah sampai agar
bisa berguna kembali. Pengolahan sampai sangat berbeda dengan
pengolahan bahan biasa. Membutuhkan beberapa tahapan proses, sebelum di
daur ulang. Mulai dari pemilahan berbagai jenis bahan, pencucian,
peleburan dan pembentukan.
Begitu juga penanganan Pemuda Sampah akan sangat berbeda dengan
pemuda yang biasa. Membutuhkan ekstra kerja keras kita untuk bisa
menyelematkan generasi muda yang sudah tekena penyakit sampah. Karena
itulah dibutuhkan kesadaran bersama dari seluruh komponen masyarakat,
dimulai dari mengetahui dan sadar akan realitas apa yang terjadi
sesungguhnya di sekitar kita. Karena tidak jarang orang yang tidak tahu
apa-apa tentang lingkungannya sendiri, sehingga masih merasa tenang,
tidak peduli apa yang sebenarnya terjadi.
Semoga kita masih punya waktu sekedar untuk peduli mau tahu nasib
anak bangsa terutama dikalangan pemudanya. Sehingga ada suhu dan
motivasi yang sama untuk kita berjuang bagaimana caranya menyelamatkan
pemuda kita dari berbagai ancaman yang menghadang di hadapan mereka.
http://www.eramuslim.com/berita/analisa/sampah-pemuda.htm#.VFgK75iuQr8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar