Sejak hari-hari ketika kaisar Romawi Kristen untuk melemparkan
singa-singa, hubungan antara kaisar dan kepala-kepala gereja telah
mengalami banyak perubahan. Konstantinus Agung yang menjadi kaisar pada
tahun 306 – tepatnya 1700 tahun lalu – mendorong praktik kekristenan di
kekaisaran, termasuk Palestina. Pada abad-abad berikutnya, gereja
terpecah menjadi Timur (Ortodoks) dan Barat (Katolik). Di Barat, Uskup
Roma, yang mendapat gelar Paus, menuntut kaisar menerima superioritas.
Pertikaian antara kaisar dan para paus memainkan peranan sentral
dalam sejarah Eropa dan memecah belah rakyat. Pertikaian tersebut
mengalami pasang surut. Beberapa kaisar diberhentikan atau digulingkan
oleh paus, sementara beberapa paus diberhentikan atau dikucilkan kaisar.
Salah seorang kaisar, Henry IV, “berjalan ke Canossa”, berdiri selama
tiga hari tanpa alas kaki di salju di depan istana Paus, sampai Paus
berkenan untuk membatalkan ekskomunikasi-nya.
Tapi ada saat-saat kaisar dan paus hidup dalam damai satu sama lain.
Kita menyaksikan periode seperti hari ini. Antara Paus sekarang, dan
kaisar sekarang, Obama, terdapat sebuah harmoni indah. Seperti terungkap
dalam pidato Paus yang membangkitkan badai seluruh dunia, berjalan
seiring dengan perang salib terhadap “Islamofascism”, dalam konteks
“benturan peradaban”.
Bahkan dalam ceramah Paus terdahulu , Benekditus di sebuah
universitas Jerman, Paus Ke-265 menjelaskan apa yang ia lihat sebagai
sebuah perbedaan besar antara Kristen dan Islam: sementara Kristen
didasarkan pada akal, Islam menolak itu. Sementara Kristen melihat
logika tindakan Tuhan, umat Islam menyangkal bahwa ada suatu logika
dalam tindakan-tindakan Allah.
Dalam rangka untuk membuktikan ketiadaan logika dalam Islam, Paus
menyatakan bahwa Nabi Muhammad memerintahkan para pengikutnya untuk
menyebarkan agama mereka dengan pedang. Menurut Paus, yang tidak masuk
akal, karena iman lahir dari jiwa, bukan dari tubuh. Bagaimana pedang
dapat mempengaruhi jiwa?
Untuk mendukung hal ini, Paus mengutip dari seorang kaisar Byzantium.
Pada akhir abad ke-14, Kaisar Manuel II Palaeologus bercerita tentang
sebuah perdebatannya dengan seorang sarjana Muslim yang tidak disebutkan
namanya. Dalam argumen yang panas, sang kaisar (menurut dirinya
sendiri) melemparkan kata-kata berikut kepada lawan:
“Tunjukkan pada saya hanya apa yang dibawa Muhammad yang masih baru,
dan di sana Anda akan menemukan perbuatan jahat dan tidak manusiawi,
seperti perintahnya untuk menyebarkan keyakinan dengan pedang.
Pernyataan ini menimbulkan tiga pertanyaan: (a) Mengapa kaisar
tersebut mengatakan demikian? (b) Apakah pernyataannya ini benar? (c)
Mengapa Paus yang sekarang mengutipnya?
Ketika Manuel II menulis bukunya, ia adalah kepala kekaisaran yang
hampir runtuh. Dia menganggap kekuasaan di 1391 hanya tinggal beberapa
provinsi. Itu pun sudah di bawah ancaman Turki. Pada waktu yang sama,
Turki Utsmani telah mencapai tepi sungai Donau. Mereka telah menaklukkan
Bulgaria dan bagian utara Yunani, dan telah dua kali mengalahkan
pasukan yang dikirim oleh Eropa untuk menyelamatkan Kekaisaran Romawi
Timur.
Tanggal 29 Mei 1453, hanya beberapa tahun setelah kematian Manuel,
ibukotanya, Konstantinopel (sekarang Istanbul), jatuh ke Turki, dan
berakhirlah kerajaan yang telah berlangsung selama lebih dari seribu
tahun.
Selama masa pemerintahannya, Manuel berkeliling Eropa dalam usaha
untuk menghidupkan dukungan. Dia berjanji untuk mempersatukan kembali
gereja. Ada kecurigaan bahwa ia menulis risalah agama untuk mendorong
negara-negara Kristen melawan Turki dan meyakinkan mereka untuk memulai
perang salib baru. Tujuannya adalah praktis, teologi melayani politik.
Dalam pengertian ini, kutipan tersebut persis seperti pernyataan
ketika presiden AS yang lalu, George Bush II. Dia juga ingin menyatukan
dunia Kristen untuk melawan Islam yang disebutnya “Poros Setan”. Selain
itu, Turki lagi-lagi mengetuk pintu Eropa, kali ini secara damai. Sudah
umum diketahui bahwa Paus mendukung kekuatan-kekuatan sahabat dengan
masuknya Turki ke dalam Uni Eropa.
Apakah ada kebenaran dalam argumen Manuel?
Paus sendiri menyampaikannya dalam bentuk peringatan. Sebagai seorang
teolog yang serius dan ternama, ia tidak mampu memalsukan teks-teks
tertulis. Oleh karena itu, dia mengakui bahwa Al-Quran secara khusus
melarang penyebaran iman dengan kekerasan. Dia mengutip surat Al-Baqarah
ayat 257 yang mengatakan: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama
(Islam).”
Bagaimana seseorang dapat mengabaikan pernyataan tegas seperti itu?
Paus hanya berpendapat bahwa perintah itu telah diletakkan oleh Nabi
pada awal kenabian, masih lemah dan tak berdaya. Tapi kemudian ia
memerintahkan penggunaan pedang dalam menyampaikan akidah.
Perintah semacam itu tidak ada dalam Alquran. Benar, Muhammad
menyerukan penggunaan pedang dalam perang melawan suku-suku yang
berlawanan – Kristen, Yahudi dan lain-lain – di Arabia, ketika ia
membangun negara. Tapi itu adalah tindakan politik, bukan agama;
dasarnya adalah pertarungan memperebutkan wilayah, bukan untuk
penyebaran Islam.
Yesus berkata: “Kamu akan mengenali mereka dari buah-buahan.”
Perlakuan Islam terhadap agama-agama lain harus dinilai dengan sebuah
pertanyaan sederhana: bagaimana penguasa Muslim berperilaku selama lebih
dari seribu tahun, ketika mereka memiliki kekuasaan untuk “menyebarkan
iman dengan pedang”?
Selama berabad-abad umat Islam menguasai Yunani. Apakah orang-orang
Yunani menjadi Muslim? Apakah ada yang mencoba untuk mengislamkan
mereka? Sebaliknya, orang Yunani Kristen memegang posisi tertinggi di
pemerintahan Ottoman. Bulgaria, Serbia, Rumania, Hongaria dan negara
Eropa lainnya hidup di bawah kekuasaan Ottoman dengan berpegang teguh
doktrin agama Kristen mereka. Tidak ada yang memaksa mereka untuk
menjadi Muslim dan mereka semua tetap taat Kristen.
Benar, orang-orang Albania memeluk Islam, dan begitu pula orang-orang
Bosnia. Tapi tak seorang pun berpendapat bahwa mereka melakukan ini di
bawah tekanan.
Tahun 1099, Tentara Salib menaklukkan Yerusalem dan membantai
penduduk Muslim dan Yahudi tanpa pandang bulu, dalam nama Yesus yang
lembut. Pada waktu itu, 400 tahun Palestina di bawah kekuasaan Muslim,
Kristen masih mayoritas di negeri ini. Selama periode panjang ini, tidak
ada upaya untuk memaksakan Islam pada mereka. Hanya setelah pengusiran
Pasukan Salib dari negeri, apakah mayoritas penduduk mulai mengadopsi
bahasa Arab dan keyakinan Muslim – dan mereka adalah nenek moyang
sebagian besar orang Palestina hari ini.
Tidak ada bukti apapun dari setiap upaya untuk memaksakan Islam pada
orang Yahudi. Seperti diketahui, di bawah kekuasaan Islam orang-orang
Yahudi Spanyol menikmati kebebasan, sesuatu yang tidak dinikmati
orang-orang Yahudi di tempat lain hingga hari ini. Penyair seperti
Yehuda Halevy menulis dalam bahasa Arab, seperti juga Maimonides besar.
Di masa Spanyol Islam, banyak orang Yahudi yang menjadi menteri,
penyair, dan ilmuwan. Di masa Islam berkuasa di Toledo, orang-orang
Kristen, Yahudi dan Muslim bekerja-sama menerjemahkan filsafat Yunani
kuno dan teks-teks ilmiah. Itu adalah masa keemasan. Bagaimana ini
mungkin terjadi seandainya Nabi menyerukan Islam dengan pedang?
Apa yang terjadi setelah itu bahkan lebih kuat indikasinya. Ketika
Katolik merebut kembali Spanyol dari kaum Muslim, mereka menerapkan
politik teror keagamaan. Orang-orang Yahudi dan Muslim diberi pilihan
yang sulit: menjadi Kristen, atau dihukum mati, atau hengkang dari
Spanyol. Dan kemana ratusan ribu Yahudi yang menolak untuk meninggalkan
agama mereka itu melarikan diri? Hampir seluruhnya diterima dengan
tangan terbuka di negara-negara Muslim. The Sephardi Jews (orang-orang
Yahudi Spanyol) menetap di seluruh dunia Muslim, dari Maroko di Barat
hingga Irak di Timur, dari Bulgaria (saat itu bagian dari Kekaisaran
Ottoman) di utara sampai Sudan di selatan.
Mereka tidak mengenal sama sekali siksaan seperti Inkuisisi, api
auto-da-fe, the pogrom, pengusiran massal yang mengerikan seperti
terjadi di hampir seluruh wilayah Kristen, hingga Holocaust. Mengapa?
Karena Islam secara tegas melarang setiap penganiayaan terhadap Ahli
Kitab. Dalam masyarakat Islam ada tempat khusus yang disediakan untuk
orang-orang Yahudi dan Kristen. Mereka tidak menikmati hak-hak yang
sepenuhnya sama, tapi hampir. Mereka harus membayar pajak khusus, tetapi
dibebaskan dari dinas militer.
http://www.eramuslim.com/peradaban/quran-sunnah/pedang-dan-penyebaran-islam.htm#.VHUIVZ520r8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar