"Ayah tahu tidak, kata ibu guru, besok pagi semua anak kelas 2 SD
kita harus membawa karton warna hitam." Ayyub kecil yang tahun ini genap
berusia 7 tahun memulai pembicaraan dengan ayahnya ketika sang ayah
bergegas menggandeng tangan anaknya untuk dibawa pulang kerumah.
"Ayah, tadi si Jundi bilang kalau dia tidak mau main dengan Ahmad
yah, karena Ahmad suka mukul, kalau mukul memang suka sakit, kemarin
saja aku dipukul pundakku, lihat deh yah, sampai sekarang aku masih
terasa sakit," sambil membuka kancing baju seragamnya sikecil Ayub
mencoba menunjukkan bekas rasa sakit dibahunya pada sang ayah.
Namun dengan sedikit keras sang ayah menarik tangan anaknya sambil
tangan kanannya memegang handphone dan berbicara dengan seseorang di
sebrang sana, tanpa menoleh sedikitpun pada pundak anaknya yang agak
terbuka.
"Ya, ya, nanti saya datang, sekitar satu jam lagi, ya lagi jemput anak nih, ibunya sakit."
"Ok, siapkan saja, nanti saya bantu, insya ALLOH, ok sampai ketemu,
wa’alaikumsalam warahmatullohi wabarakatuh," demikian seru dan salam
lengkap sang ayah pada lawan bicaranya di handphone.
Sesampainya dirumah, ayah memanggil Ayub untuk menyuruhnya segera
ganti baju, namun setelah dua tiga kali dipanggil ayah merasa terpancing
emosinya dan mulai marah. "Ayub, Ayub..telingamu dengar tidak sih?"
"Pasang telingamu, ayah bilang ganti bajumu yang kotor, ayo sana,
jangan menyusahkan ayah, ayah mau kembali kerja dan ibu lagi sakit, ayo,
jadi anak soleh, nurut sama ayah.." demikian suara kerasnya membuyarkan
senyum Ayub yang tengah asyik main lego tanpa mengganti baju seragamnya
yang sudah kotor berkeringat.
Lain waktu ayah menjadi marah lagi untuk kesekian kalinya, ketika
Ayyub kecil harus di marahi 3 kali karena tidak mau mendengar perkataan
ayahnya yang menyuruh Ayyub mengambil air wudhu ketika adzan magrib
terdengar sayup-sayup dari rumah mereka yang tenang.
Haruskah ayah marah terus karena Ayyub tidak mau mendengar semua
kata-kata ayah, dan diperlukan beberapa kali teguran keras yang
terkadang berpuncak pada kemarahan yang menggelegar ketika Ayyub kembali
tidak mendengar setelah ayah merasa lelah menyuruh dan berkata baik
pada Ayyub.
Apakah ayah tidak ingat, bahwa seringkali Ayyub meminta perhatian
ayah dan berkata serta bercerita sementara ayah sibuk dengan
pekerjaannya. Bahkan seringkali tidak mendengar atau mendengar hanya
depannya saja, karena Ayyub kecil bicara terus dimana ayah merasa apa
yang dibicarakan Ayyub tidak begitu penting, sehingga ayahpun tidak
memperhatikannya.
Bahkan yang Ayyub kecil rasakan adalah betapa ketika Ayyub bicara,
ayah malah menelpon seseorang dan bebicara pada orang tersebut, jadi
tidak salah kan, bila ayah bicara pada Ayyub, Ayyub pun tidak antusias
mendengarkan karena ayah telah mengajarkan Ayyub untuk tidak
memperhatikan lawan bicara ketika kita bicara.
"Jadi, kenapa ayah marah-marah yaa? ketika Ayyub tidak mau mendengar
kata-kata ayah? toh ayah juga suka tidak mendengarkan Ayyub kalau Ayyub
lagi bercerita pada ayah, aku kan hanya meniru.." mungkin demikian
pikiran Ayyub kecil terhadap ayahnya.
http://www.eramuslim.com/pendidikan-keluarga/pendidikan-pk/ayah-listen-to-me-please.htm#.VHZa55520r8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar