Minggu, 30 November 2014

Bedah Kekuatan Politik dan Militer ISIS di Irak, Keunggulan dan Kelemahannya


Seperti apa manhaj mujahidin Daulah Islamiyah? Haruskah umat Islam di seluruh di dunia berbaiat kepada ISIS di Irak? Jawabannya adalah maaf, kali ini kita berhenti sejenak bicara soal itu.
Ada baiknya jika kita coba membuka mata dan melihat sisi-sisi lain dari berbagai topik seputar mujahidin Daulah Islamiyah. Salah satunya adalah melihat mujahidin Daulah Islamiyah murni dari kacamata politik dan militer. Harapannya, dari data dan analisis yang disajikan, dapat diambil pelajaran.
Berikut kami terjemahkan satu ulasan dari Combating Terrorism Center (CTC) Sentinel; West Point, Virginia, United States.
Dalam analisis ini, kita akan diajak untuk melihat perjalanan mujahidin Daulah Islamiyah dalam membangun kekuatan militernya. Mulai re-organisasi internal hingga membangun komunikasi yang baik dengan berbagai suku dan kelompok hingga mau berdiri di barisan mujahidin ISIS.
Serangan-serangan cepat mujahidin di pertengahan 2014 lalu; hingga menyebabkan hengkangnya pasukan Irak dari beberapa provinsi dalam waktu singkat, ternyata telah dipersiapkan selama bertahun-tahun.
Para analis barat pun terbelalak dan mengakui jika mujahidin ISIS berhasil berevolusi cepat dari sekedar ”pemberontak desa” yang beroperasi dari luar kota menjadi tentara regular yang mampu menguasai kota dan hingga saat ini masih mampu mengatur dan bertahan dari upaya counter attack pasukan Irak dan Kurdi sekuler.
Kunci keberhasilan mujahidin Daulah Islamiyah hingga akhirnya mendeklarasikan khilafah bertumpu pada kejelian memanfaatkan momentum dan memanfaatkan kelemahan lawan.
Tentu saja dibalik segala keunggulan mujahidin, ada beberapa kekurangan yang harus segera dibenahi oleh mujahidin Daulah Islamiyah. Sebab, beberapa celah kekurangan ini sangat berpotensi menjadi titik balik musuh untuk melancarkan hantaman kepada mujahidin.
Mampukah mujahidin Daulah Islamiyah yang lihai memanfaatkan momentum dan kelemahan lawan akan mampu bertahan seiring menguatnya lawan dan makin beratnya beban kontrol wilayah? Selamat mengikuti.
rtx129mj_cropped
Bedah Kekuatan Politik dan Militer ISIS di Irak; Keunggulan dan Kelemahannya
27 Agustus 2014
Author: Michael Knights
Dr. Michael Knights adalah analis untuk kebijakan Timur dekat di Washington Institute. Ia telah bekerja di seluruh provinsi di Irak, termasuk pada periode pendudukan pasukan keamanan Amerika di Irak. Dr. Knights telah mengarahkan para pejabat AS soal kebangkitan Al-Qa`eda di Irak sejak 2012 dan memberikan kesaksian di hadapan kongres mengenai masalah ini pada bulan Desember 2013. Dia telah menulis tentang militansi di Irak untuk CTC Sentinel sejak tahun 2008.
Islamic State of Iraq and The Levant (ISIL) dianggap telah berevolusi dari hanya sebuah kelompok teroris menjadi tentara regular yang kuat. Demikian menurut Deputi Asisten Menteri Luar Negeri untuk Urusan Timur Dekat; Brett McGurk.
Lembaga Studi Perang Amerika mencatat, secara keseluruhan, strategi ISIS adalah mengkonsolidasikan dan memperluas kekhalifahan versinya dengan bergantung pada keunggulan militer untuk merebut kendali atas satu wilayah.
Analisis atas prestasi militer ISIS akhir-akhir ini agak sulit dilakukan karena kurangnya fakta valid dan masih bias untuk dikonfirmasi kebenarannya, khususnya selama bulan-bulan sibuk sejak rontoknya pasukan keamanan Irak di Mosul pada tanggal 10 Juni 2014.
Pertanyaan yang muncul masih berkutat seputar kiprah ISIS yang menyebabkan hilangnya kontrol pemerintah Irak atas beberapa provinsi serta seperti apa komposisi pejuang ISIS & non ISIS yang ikut bertempur. Namun demikian, dengan menggunakan berbagai studi kasus dari sisi operasi militer ISIS, artikel ini mengeksplorasi apa yang saat ini bisa diketahui tentang gerakan itu dari sudut pandang militer.
Jika ISIS adalah tentara, tentara seperti apakah itu dan apa kelemahannya?
Artikel ini menemukan bahwa ISIS adalah kekuatan militer yang kuat karena bersamaan dengan kelemahan dan ketidaksiapan musuh-musuhnya. ISIS membentuk medan perang yang luas, mengandalkan kejutan dan mobilitas pasukan. Hasilnya pun seperti yang kini kita lihat. Sebagai kekuatan pertahanan, ISIS berjuang dengan menahan serangan -jika diserang secara bersamaan di beberapa titik atau jika ada sekutunya yangmembelot-.
Serangan Lintas Tahun ISIS
Ofensif sukses ISIS sejak Juni 2014 hanya dapat dipahami dengan menempatkannya dalam konteks yang lebih luas; yaitu kampanye politik-militer ISIS sejak re-organisasi di bawah kepemimpinan Abu Bakr al-Baghdadi pada tanggal 15 Mei 2010.
ISIS tidak tiba-tiba menjadi efektif seperti pada awal Juni 2014, tapi merupakan hasil dari usaha untuk terus memperkuat diri dan secara aktif membentuk lingkungan operasi jangka panjang selama empat tahun. Seperti dicatat oleh Brett McGurk dan disampaikan pada kongres di bulan Februari 2014, menurutnya, ”perencanaan ISIS ini telah canggih, lebih sabar dan fokus.”
Hancurnya pasukan keamanan Irak (ISF) pada Juni 2014 hanyalah salah satu poin kasus saja, sebagai hasil dari persiapan operasi bertahun-tahun.
Pada awal masa kepemimpinan Abu Bakr al-Baghdadi, Negara Islam Irak (ISI); cikal bakal kelompok saat ini, mulai menargetkan anasir-anasir Arab pro-pemerintah Irak dalam kampanye bertahun-tahun dan ditandai dengan memuncaknya angka pembunuhan yang menarget anggota pasukan keamanan dari 29 Juli 2013 hingga Juni 2014.
Selain penghancuran markas prajurit Irak, pada enam bulan pertama, dunia menyaksikan peningkatan tajam sebesar 150% pada kasus pembunuhan tentara Irak dalam jarak dekat; termasuk di dalam pos-pos pemeriksaan mereka sendiri serta serangan efektif kepada kendaraan militer menggunakan alat peledak improvisasi (IED), juga serangan terhadap para pemimpin kunci.
Meski kampanye militer difokuskan pada Mosul dan Provinsi Ninawa, ISIS tetap meningkatkan upaya untuk memotong jalur besar Mosul-Baghdad. Pada bulan Juni 2014, menurut McGurk, (Mosul) menjalani hari-harinya dan semua tampak normal, tetapi pada malam hari, ISIS telah menguasai jalan-jalan!”
Ketika ofensif ISIS bergulir di Mosul pada tanggal 6 Juni 2014, ISF yang rapuh dan relatif lemah runtuh hanya dengan perang kota selama tiga hari.
Di samping melemahnya lawan, al-Baghdadi juga memanfaatkan keberhasilan operasi musim panas pada tahun-tahun sebelumnya untuk membangun kekuatan ISIS saat ini. Penarikan pasukan AS dari Irak dan perang sipil di Suriah menyediakan basis aman bagi ISIS.
Para analis mencatat, ISIS telah mengembangkan kader dan sangat termotivasi untuk membangun pasukan infanteri ringan yang berkualitas sejak 2012.
Mereka dilengkapi dengan pengalaman tempur perang kota dan mobile di Suriah, serta dari pengalaman tempur sebelumnya yang dimiliki para jihadis asing yang bertugas di Semenanjung Balkan (terutama di Bosnia). Berbagai pelajaran penting ini dikombinasikan dengan pengalaman di Chechnya, dan disempurnakan di kamp-kamp pelatihan di Suriah sejak paruh pertama tahun 2013, juga di Irak.
Pergeseran posisi para pejuang terlatih dari Suriah ke Irak sejak awal 2013 dan pendirian kamp-kamp baru di perbatasan Irak (rata-rata dilengkapi dengan pertahanan anti-pesawat) terbukti efektif dalam menangkal serangan-serangan helikopter Irak.
ISIS menyerang Mosul pada tanggal 6 Juni 2014 dengan kekuatan serangan utama yang dikerahkan dari Suriah sebagai unit infanteri mobile termasuk ratusan kendaraan bersenjata berat.
Dalam semua kasus ini, bala bantuan untuk ISIS dari Suriah bergabung dengan sel lokal Irak yang sudah disiapkan untuk menyambut genderang operasi dari tahun ke tahun. Berdasarkan perkiraan dari berbagai ahli, jumlah pejuang yang berada di bawah kendali ISIS langsung di Irak mungkin telah mencapai 10.000 -15.000 personal.
Dalam estimasi itu juga dihitung dengan mempertimbangkan pembelotan dari kelompok lain seperti anggota Jamaat Ansar al-Islam, anggota pasukan keamanan Irak, dan pejuang yang berbaiat.
Abu Bakar al-Baghdadi juga mengembangkan gaya tersendiri dalam garis komando dan kontrol. Selama operasi “Breaking the Walls” (Juli 2012-Juli 2013), ISI waktu itu menunjukkan dan berulang kali memperlihatkan sistem komando dan kontrol re-sentralisasi di lebih dari 20 kota; disinkronkan dengan gelombang bom mobildan rangkaian serangan yang berkelanjutan sampai akhir tahun 2013.
Al-Baghdadi men-setting pemboman dengan kontrol terpusat tetapi eksekusinya ter-desentralisasi, dengan sel komandonya yang mengatur sendiri tanggal serangan, tetapi para komandan tetap diatur wilayah operasinya dengan tingkat partisipasi mereka disesuaikan dengan kondisi lokal.

Operasi Ofensif di 2014
Kejutan, daya gerak yang tinggi dan shock adalah karakteristik utama dari operasi ofensif ISIS di Irak. Kelompok ini sering meraih kejutan taktis, baik terhadap pasukan federal Irak (ISF) atau pasukan Kurdi. Hal ini dicapai melalui pendekatan kecepatan; yang memanfaatkan kepadatan, jaringan jalan berkualitas tinggi di Irak dan seringkali dilakukan pada malam hari atau serangan dini hari.
Selain itu, sel-sel di Irak relatif kompak, di mana hal itu menjadi jalan yang baik dan memungkinkan ISIS untuk menguasai sebagian besar wilayah negara dalam satu hari, memberikan kekuatan kemampuan yang kuat lagi agresif untuk menitikkan kekuatan pada titik serangan tertentu.
Mobilitas dan tipudaya memungkinkan pasukan ISIS untuk mencapai keunggulan meskipun kekuatan mereka lebih kecil dibandingkan dengan angkatan bersenjata negara. Dengan serangan agresif yang dilakukan unit-unit setingkat peleton, ISIS secara bertahap berhasil mencabut tentara Irak dan tentara Kurdi dari posisinya.
Secara umum, elemen penyerang ISIS terlatih untuk mengejutkan lawan, mendobrak garis pertahanan yang solid serta menarik diri dari kejaran pasukan musuh.
ISIS memiliki mobilitas cepat untuk mengeksploitasi lemahnya pasukan musuh, seperti yang terjadi baru-baru ini ketika ISIS mencaplok Jalula pada 10 Agustus 2014, kota yang akhirnya ditinggalkan pasukan khusus Kurdi hingga terdesak di Makhmour.
Di sini, pasukan federal Irak ISF dan pasukan Kurdi memang kurang terampil dan tak cerdas menganal ISIS, mereka juga dibebani dengan luasnya wilayah yang harus diawasi, serta  kurangnya alat bantu teropong malam/Night Vision. Seluruh faktor kelemahan ini membuat pasukan Irak dan Kurdi terlambat menyadari kehadiran pasukan ISIS di depan mata mereka.
Sejak meningkatnya serangan dengan kendaraan bersenjata berat pada bulan Juni 2014, ISIS sering mengerahkan 2-5 kendaraan lapis baja untuk memberikan efek kejutan, dalam beberapa kasus, taktik ini menyebabkan ketakutan dikalangan pasukan junior ISF atau unit pasukan Irak yang tak dilengkapi pertahanan anti-tank.
Perang lapis baja ISIS dalam jumlah besar di Irak pertama kali terjadi pada 24 Juli 2014. Unit lapis baja dan kendaraan bersenjata berat ISIS melancarkan serangan pada Perusahaan Farmasi Negara; lima kilometer di belakang garis pertahanan Kurdi timur laut kota Mosul.
Serangan itu melibatkan beberapa truck pick up 4 x 4 dengan senapan mesin 12,7 mm terpasang dan setidaknya tiga lapis baja milik pemerintah berhasil dijarah dari pangkalan ISF di Mosul.
Serangan itu menyerbu pos pemeriksaan Peshmerga (milisi Kurdi) di Highway 2 kemudian terus mengeksploitasi garis belakang pertahanan pasukan Kurdish Peshmerga sepanjang lima mil setelah penetrasi pasukan ISIS ke pabrik farmasi; total penetrasi adalah sejauh 10 mil.
ISIS juga telah mengerahkan unit khusus artileri, meski hanya dalam sejumlah kecil kasus (seperti pada 3 Agustus 2014 dengan serangan terhadap Zummar dan Kisik di sebelah barat Mosul).
Ketika ISIS menggunakan artileri, biasanya mereka menggunakan artileri tunggal atau roket artileri kecil 57mm dan mortar dengan sangat efektif. Pada beberapa kesempatan, ISIS juga mengerahkan artileri berat, terutama di Zowiya; diperkirakan 500 peluru artileri ISIS mendarat di situ.
Sebaliknya, senjata berat yang paling sering digunakan oleh ISIS cenderung menjadi alat-tradisional untuk bom bunuh diri atau bom mobil remote. Untuk menciptakan kepanikan dan mengusir pasukan musuh, ISIS hampir selalu memulainya dengan serangan intensif yang memakan banyak korban di satu atau lebih markas musuh dan pos pemeriksaan.
Alur taktik penyerbuan telah dipraktikkan dan dikembangkan dari hari-hari awal kelahiran kembali ISI pada tahun 2010, ketika al-Baghdadi menggelar ofensif pertama bulan Ramadhan; dimulai pada 29 Juni 2010, dengan melumat salah satu pos pemeriksaan polisi di Adhamiyah hingga memungkinkan ISI mengibarkan benderanya di pusat kota Baghdad pada siang hari.
Dari musim panas 2011 dan seterusnya, insiden seperti ini menjadi pandangan umum dan biasanya diiringi bom mobil untuk menciptakan kekacauan dan melanggar barikade pasukan Irak, beberapa percobaan serangan bunuh diri dengan penyerang berompi dan bersenjata (seringkali menyamar dengan mengenakan seragam pasukan keamanan) ke dalam kompleks tentara, dan drama penyanderaan untuk memperpanjang insiden itu.
Meski biasanya pembukaan serangan menargetkan satu atau dua pos kecil, serangan ini kadang-kadang jauh lebih besar. Pada tanggal 11 Agustus 2014, ISIS melancarkan serangan ke Jalula yang dimulai dengan bom mobil di markas Peshmerga, menewaskan lebih dari 20 pejuang Peshmerga.
Diiringi juga dengan serangan bom kedua menggunakan tanker minyak di pusat kota. Diikuti dengan pemboman individu dengan rompi ledak serentak di 12 pos pemeriksaan oleh pejuang ISIS yang mengenakan seragam ala Kurdi.
Tidak mengherankan, serangan ini langsung menghancurkan moral pasukan Kurdi Peshmerga dan kota itupun jatuh.
ISIS juga menggunakan berbagai jenis kekerasan,  seperti diistilahkan oleh Robert Scales dan Douglas Ollivant sebagai “pembunuhan strategis,” menakuti musuh militer mereka dan mengusir penduduk sipil.
Selama awal bulan Juni, ISIS gencar menggunakan media sosial (terutama Twitter) untuk menyebarkan berita bahwa ISIS tidak akan memberi ampun pada calon pasukan keamanan yang nekat mendaftar jadi polisi/tentara dan menjamin keselamatan mereka yang mau bertaubat.
Pembunuhan atas sekitar 100 anggota pasukan keamanan dilakukan di Tikrit pada 11 Juni 2014 dan dipublikasikan secara luas. ISIS juga melancarkan kampanye etno-sektarian; seperti pembersihan di daerah yang mereka kendalikan, menghapus Syi`ah Turkmen, Yazidi, Shabaks, Kristen dan bahkan Sunni Muslim Kurdi dari wilayah baru.
Sebagian besar masyarakat telah diperingatkan untuk pergi, maka terjadi peningkatan kekerasan skala besar termasuk penculikan-pembunuhan dan pemboman mobil secara progresif selama 2-3 minggu.
ISIS juga sengaja menghambat aliran air dan listrik ke daerah-daerah di mana minoritas telah dibersihkan; tampaknya hal ini bertujuan untuk mencegah orang-orang itu kembali ke pemukiman di daerah ini.

Kemampuan Bertahan ISIS
Menghadapi sebuah organisasi (ISIS) yang banyak mengeksploitasi pemanfaatan mobilitas dan pertahanan zonal, tentu menyajikan sebuah tantangan tersendiri.
JM. Berger menjelaskan, “Kalkulus penguasaan wilayah sekarang telah berubah. Sebelum deklarasi [kekhalifahan], [ISIS] hanyalah domain seperti sebelumnya; yang hanya ada di sepanjang perbatasan Irak dan Suriah dengan sedikit kehilangan muka.”
Jessica Lewis menambahkan dalam sebuah artikel terpisah, “Upaya memvalidasi tata negara [ISIS] secara lebih lanjut, harus menunjukkan bahwa secara fisik dapat dipertahankan, atau setidaknya mencegah militer saingan (ISIS) agar tidak menyerang.”
Sebelumnya, para analis CTC Sentinel berpendapat bahwa ISIS adalah “harimau yang juga punya ekor”, di mana sekarang ISIS harus mempertahankan benteng perkotaan. Namun, dalam menghadapi serangan balik awal yang masih lemah dari ISF, ISIS telah menunjukkan dirinya cukup mahir membangun pertahanan.
Fakta ini bahkan mengungkap beberapa aspek baru yang paling menarik dan bisa menjadi obyek riset; yaitu evolusi militer ISIS baru-baru ini hingga menjadi tentara hibrida.
Playbook defensif ISIS dimulai dengan konsolidasi defence yang dinamis di “kerak”/ di tepi luar dari daerah yang baru diduduki; tempat di mana ISF atau Kurdi sangat memungkinkan untuk melakukan serangan balik.
ISIS telah menggunakan keahlian teknik lapangan dasar dan sigap untuk segera membangun tanggul tanah yang besar dan membuat parit pertahanan di daerah perbatasan.
Setelah menguasai Jalula pada 11 Agustus 2014, buldoser-buldoser ISIS segera memblokir rute kunci yang digunakan pasukan Kurdi untuk melancarkan serangan balik.
ISIS juga menanam banyak bom pinggir jalan di sepanjang jalur arteri tersebut. Selanjutnya, mereka  menciptakan barrier di sekitar Sungai Diyala; yaitu dengan menghancurkan jembatan jalan Jalula-Kalar. Ini adalah taktik umum ISIS dalam membentuk tameng geografis lokal untuk menghambat serangan balik atau memotong penguatan pasukan musuh.
Menciptakan banjir buatan ke dataran rendah adalah taktik lain yang juga digunakan untuk mengacaukan ISF.
Sejumlah kecil senjata berat juga dikerahkan ke lokasi penjagaan, lengkap dengan pertahanan anti-armor ditambah dengan single hull-down tank T-55 atau T-62, senapan recoilless, senjata panggul anti-tank, rudal anti-tank, dan booby-trapping yang dipasang di lokasi-lokasi yang dianggap mungkin direbut kembali oleh pasukan keamanan Irak.
Keterlibatan ISIS dengan para pemangku kepentingan lokal dan militan mungkin merupakan aspek yang paling penting dari pengaturan system defensive mereka.
Menyusul kekalahan al-Qa’eda di Irak dan ISI oleh pasukan Sahawat, ISIS dapat mengenali bahwa penduduk lokal juga menjadi ancaman besar seperti halnya musuh eksternal.
Seperti disebutkan sebelumnya, ISIS berusaha untuk mengusir orang-orang non-Sunni dan populasi non-Arab dari wilayahnya. Hal ini tampaknya didorong oleh pembenaran ideologis dan dengan pertimbangan yang lebih korup (seperti penjarahan ke desa-desa dan mengharap tebusan dari aksi penculikan), tetapi pembersihan tersebut juga menciptakan zona tak berpenghuni.
Dalam banyak lingkungan defensif seperti Falluja dan Suleiman Beg yang sebagian besar wilayahnya dikosongkan, ISIS memilih untuk bekerja di daerah-daerah itu dengan beberapa warga sipil, mungkin karena ketakutan mereka dengan potensi pemberontakan dan informan local.
Dimana ada populasi, ISIS tertarik untuk menghormati mereka dan menciptakan kerangka kolaboratif untuk membela daerah tersebut. Ahli dan pengamat pemberontakan Irak; Aymenn al-Tamimi mencatat, ISIS dengan cepat meningkatkan penyebaran spanduk mereka atas kantor pusat administrasi, kantor pusat keamanan dan landmark lain untuk menunjukkan bahwa mereka mengendalikan daerah tersebut.
ISIS benar-benar memanfaatkan billboard, leaflet, speakerphone, atau bahkan speaker masjid.
Di kebanyakan tempat, ISIS tidak langsung mengerahkan polisi syariahnya; kecuali di beberapa jantung kota Raqqa dan Mosul. Sebaliknya, interaksi ISIS praktis terfokus pada tentara rezim; di mana mantan ISF harus mendaftarkan diri dan bertobat, dari situ dimulailah proses evaluasi dimana mantan ISF tersebut dapat direkrut, disandera atau dibunuh.
ISIS biasanya sudah memiliki beberapa bekal latar belakang di daerah-daerah setelah bertahun-tahun belajar dan berinteraksi dengan masyarakat setempat, sehingga mereka mendapat info detail soal langkah-langkah keamanan yang ditempuh oleh rezim serta menerima janji kesetiaan individu.
ISIS sering menyerap jaringan seluruh militan ke jajarannya, dikenal sebagai merger dan pendekatan akuisisi, dengan berpikiran bahwa kelompok Salafi seperti Jamaat Ansar al-Islam menjadi lebih kooperatif dan lebih mudah dikendalikan.
Ada beberapa kelompok Salafi dan pasukan Dewan Militer Jenderal terkait dengan Jaysh Rijal al-Tariq al-Naqsyabandi (JRTN) dan militan lainnya; yang juga berkontribusi sebagai tenaga defensif inti di daerah-daerah yang didominasi ISIS.
ISIS mahir dalam menyelaraskan tujuannya dengan kebutuhan suku-suku, seperti dengan cara menghubungkan suku-suku Arab dengan sentiment anti-Kurdi di sekitar Jalula atau membiarkan suku-suku Arab untuk memanen ladang gandum milik petani Syi`ah Turkmen di Amerli.
Aymenn al-Tamimi menjelaskan, bahwa saat ini, sekutu kelompok menjadi lebih erat dan lebih selaras dengan ISIS. Ada transisi peran ISIS dari sekedar “backing” menjadi radikalisasi ideologis yang lebih dalam. Aymenn juga menambahkan bahwa semakin lama kelompok-kelompok itu semakin sulit untuk lepas atau melawan ISIS.
“Kelompok suku kini telah berdiri untuk ISIS, mereka (ISIS) berhasil mendorong reaksi yang sangat agresif, yang paling terkenal adalah di Zowiya (terletak di persimpangan sungai Tigris dan sungai Zab Lesser), di mana pemberontak suku secara brutal memberikan bantuan tembakan mortir  secara terus-menerus dan mengamuk bersama pasukan ISIS pada tanggal 7 Juli, 2014," ungkap Aymenn.
Ketika ISF atau pasukan Kurdi menyerang wilayah yang diklaim ISIS, ISIS ternyata lebih cepat dengan memberikan dukungan kepada penduduk setempat dengan berbagai kemampuan khusus.
Tim anti-armor ISIS yang berpengalaman telah mencapai beberapa hasil spektakuler ketika menghancurkan unit-unit tank tentara Irak. Misalnya, di Humayrah, dekat Ramadi, pada tanggal 20 April 2014, tentara Irak hancur dengan hilangnya seluruh peleton yang mengendarai tank T-62 dan kendaraan lapis baja MTLB.
Di Tikrit, ISIS memimpin serangkaian serangan spektakuler mulai dari penyergapan sampai bom bunuh diri dalam menghalau upaya tergesa-gesa dan salah yang dilancarkan oleh tentara Irak untuk mengambil alih kota pada tanggal 16 Juli 2014.
Di Jalula, ISIS berhasil menyapu pasukan khusus Kurdi yang dilengkapi armor dan artileri dalam perang di jalan-jalan berpasir. ISIS juga memimpin serangan balik yang didukung suku-suku lokal ke area yang sempat hilang kontrol pada 11 Agustus 2014.
Pada 8 Agustus 2014, unit tank T-55 ISIS berhasil menggagalkan upaya 250 milisi Syiah yang berkonvoi dengan mengerahkan kendaraan bersenjata berat untuk hendak melonggarkan pengepungan ISIS atas kota Amerli.
Sifat Kunci dan Kerentanan ISIS
Meskipun ISIS telah berbuat banyak dengan membentuk lingkungan operasional sendiri, tapi ISIS sebenarnya diliputi keberuntung karena hanya menghadapi lawan yang tidak siap dan dinilai lemah; yaitu tentara pemerintah Irak.
Negara yang lemah; terutama ISF, telah memperbesar reputasi dan kepercayaan diri ISIS, dan untuk sementara waktu, itu semua menutupi kelemahan dan kerentanan ISIS sendiri.
ISIS saat ini  masih dalam posisi puncak dan berlayar di atas gelombang pasang dalam  keberhasilan militer, namun lawan-lawannya juga mulai pulih dan mendapatkan peningkatan terutama dari dukungan internasional.
Kekuatan ofensif ISIS sebenarnya cenderung berkurang daya pukulnya terutama saat mendekati wilayah mayoritas Syi`ah atau daerah berpenduduk Kurdi.
Momentum memiliki nilai luar biasa dalam perang, tapi itu rapuh, dan ISIS mungkin terpaksa untuk secara bertahap menyerahkan inisiatif strategis di Irak, seperti yang telah dilakukan di Kirkuk dan Makhmour, di mana ISIS melepaskan kontrolnya pada pertengahan Juni dan merebutnya kembali pada 10 Agustus.
Langkah ini menunjukkan kepemimpinan kolektif ISIS yang jelas terdiri dari para perencana berbakat, mampu menyusun kampanye politik-militer jauh ke depan yang cukup tangguh untuk bertahan hidup.
Namun laju perang melawan ISIS juga makin melejit cepat, dan kemampuan kelompok untuk terus membentuk dan mengendalikan konflik akan sangat diuji.
Meskipun mereka mungkin membanggakan individu-individu berbakat dijajaran elitnya serta suntikan dari para komandan yang bebas dari tahanan Irak, belum lagi para pemimpin yang muncul dari perekrutan. Mereka semua diharapkan mampu memegang kendali di masa depan.
Mobilitas dan factor kejut telah memungkinkan ISIS untuk memukul musuhnya dalam operasi ofensif militer yang terhitung berat, namun keunggulan ini juga dapat berkurang. Jika dukungan militer AS untuk Irak meningkat, itu akan menjadi lebih sulit bagi ISIS untuk mencapai efek kejutan taktis menggunakan kekuatan penyerang yang mobile. Tanda-tanda itu telah terjadi di mana divisi penyerang ISIS mendapat mimpi buruk.
Di Tuz Khurmatu, misalnya, konvoi kendaraan militer ISIS berusaha menembus kota menggunakan gerakan malam pada tanggal 9 Agustus dan 13 Agustus, namun upaya itu terdeteksi oleh militer AS yang memberitahukan seluruh koordinat strategis pasukan ISIS kepada artileri Kurdi untuk menumpulkan serangan ISIS.
Banyak anasir-anasir pemerintah Irak atau milisi Kurdi sedang berkonsolidasi menyusun dasar pijakan kuat untuk operasi masa depan di bawah tatapan waspada intelijen, pengawasan dan pengintaian (ISR) sebagai aset AS.
ISIS pasti akan mencoba untuk mempertahankan inisiatif strategis, namun bertindak ofensif dengan menyerang kini menjadi makin sulit bagi gerakan.
Hal ini dapat menyebabkan ISIS untuk jatuh kembali pada pendekatan operasi klasik mereka seperti serangan dengan mengerahkan pasukan dalam jumlah besar yang ikut turun menyerbu dan operasi rompi peledak seperti yang digunakan di Jalula pada tanggal 11 Agustus dan di sisi lain memanfaatkan “komuter pemberontakan” seperti Ramadi dan Baghdad.
Pertahanan juga dapat menjadi sulit bagi ISIS ketika ISF dan pasukan Kurdi meningkatkan operasi ofensif mereka. Menurut pandangan para ahli, ISIS memiliki kekuatan dengan tidak hadirnya pasukan Irak di lembah Tigris Tigris; seperti juga di di Mosul, Tall Afar, dan Tikrit, serta di lembah Efrat barat berbatasan dengan Suriah dan daerah-daerah lain di sekitar Jalula dan pegunungan Hamrin.
Dareah ini hanya dijaga oleh unsur-unsur sel kecil ISIS, berjumlah kurang dari 3.000 pejuang, sementara sebagian besar tenaga kerja defensif ISIS masih terikat dengan daerah tertentu saja dan terdiri dari anggota dan sekutu baru.
Meskipun ISIS berhasil memiliki momentum dan para sekutu ISIS ini tampaknya kokoh di belakang mereka, jika nantinya angina sejuk militer mulai berubah arah, terutama ketika kemampuan pengaturan hubungan ISIS mulai mengendur, kemungkinan besar ISIS akan mengalami penurunan kekuatan militer efektifnya secara dramatis.
Sekarang saja ISIS dipaksa untuk melepaskan beberapa kota -Makhmour, Saadiyya, Muqdadiyah, Zummar, Bashiqa, Bartella, Qara Qosh-dan mereka dituntut untul selalu menjaga kecepatan operasi.
Jika pasukan ISF dan Kurdi melakukan operasi ofensif selektif serta melakukan sejumlah pelebaran medan tempur, pertahanan yang digalang ISIS niscaya akan menjadi renggang, terutama jika kemampuannya untuk bergerak dan kekuatan serangan balik ISIS makin terbatas. ISIS bisa berubah kembali menjadi pemberontak pedesaan yang beroperasi di luar kota sekali lagi
http://www.lasdipo.com/artikel/analisa/2014/11/24/bedah-kekuatan-politik-dan-militer-isis-di-irak-keunggulan-dan-kelemahannya.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar