“Assalamu’alaikum ustadz, maaf nih anak saya masuk sekolah jam 12.30,
kalau tidak keberatan setelah ustadz mengajar ngaji anak saya, tolong
dia diantar ke sekolahnya, kebetulan saya tidak bisa kesana, karena saya
masih terjebak macet di depan pertigaan plaza bukit tinggi, jazakallah yaa
usatdz.. terima kasih banyak, maaf merepotkan..” demikian pak Dedy
meminta tolong pada sang ustadz yang merupakan guru ngaji anaknya dimana
si anak memang setiap hari ikut kelas membaca Al Quran di sebuah rumah
di samping masjid Al muhajirin. Sang ustadz memang terkenal di komplek
rumah mereka dan anak-anak yang mengaji di rumahnya selalu senang karena
ustadznya baik sekali, tidak pernah marah dan di depan rumah ustadz ada
pohon jambu yang bila berbuah semua anak boleh memanjat pohon dan makan
jambu sepuasnya. Jambunya manis dan ustadz tidak marah bila anak-anak
makan jambu dan tidak mengaji lagi karena sakit perut. Dengan lembut
ustadz biasanya mengganti sesi membaca iqro dengan bercerita mengenai
kisah perjuangan para sahabat, dan cerita ustadz sungguh memukau.
Rasanya waktu cepat berlalu bila ustadz sudah mulai dengan ceritanya
yang membawa anak-anak seakan-akan hidup pada zaman para sahabat nabi
dan bertemu langsung dengan mereka. Subhanallah..
Setelah dzuhur, semua anak pulang ke rumah masing-masing dan ada juga
yang langsung berangkat sekolah. Iqbal anak pak Dedy yang baru berusia 8
tahun, dengan bersemangat duduk di belakang motor sang ustadz yang
dengan sangat ikhlas mengantar Iqbal ke sekolah seperti pesan ayahnya.
Setelah duduk di belakang motor dan mengucap do’a sebelum pergi, maka
Iqbal secara reflex memeluk pinggang Ustadz dari belakang. Ustadz
meminta Iqbal jangan melepaskan pelukannya dan jangan goyang-goyang di
atas motor agar tidak jatuh. “Diam yaa, duduk yang tenang, toh hanya 15
menit saja dari sini, jangan banyak bergerak nanti kamu jatuh, ayo baca
do’a bismillahi tawwakaltu ‘alallah….”
Subhanallah, setelah membaca do’a, Iqbal harus mendekap sang usatd
yang belum mandi dan Iqbal bingung harus bernafas bagaimana karena
ustadznya bau sekali. Sang ustadz tidak menyadari ada seorang anak
berusia 8 tahun yang hampir pingsan karena harus mendepak dirinya dan
mencium bau tubuhnya selama hampir 15 menit perjalanan. Iqbal bersumpah
dalam hati, tidak akan mau lagi naik motor sang usatdz, bukan tidak suka
dengan sang ustadz tapi tak tahan dengan baunya. “Ustadz kenapa tidak
mandi dulu..” keluh Iqbal setengah menangis setelah berhasil turun dari
motor. Dan sebelum Iqbal sempat berlari masuk ke kelasnya, ustadz
menarik tangan Iqbal menyuruh Iqbal mencium tangannya dan “hoek” Iqbal
tak tahan lagi, tangan ustadz sangat bau bawang dan terasi.
Usatdz baik, membantu istrinya masak makanan, tapi ustadz lupa cuci
tangan. Ustadz baik mengajar Iqbal mengaji, namun ustadz lupa mandi. Yaa
Allah,,kasihan murid-muridnya bila ustadz terkasih.. bauusekaliii…
http://www.eramuslim.com/pendidikan-keluarga/pendidikan-pk/guruku-sayang-yang-bau-bawang.htm#.VHUHM5520r8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar