Kehidupan keluarga adalah
miniatur dari kehidupan masyarakat. Namun, di dalam keluargalah segala
aturan syariat bisa diamalkan. Mulai dari yang sederhana, seperti
memberi senyum, berprasangka baik, hingga yang paling kompleks,
komunikasi hingga kepemimpinan.
Seringkali karena kesibukan, pekerjaan
atau bahkan mungkin anak-anak, suami istri mengalami kendala komunikasi,
sehingga saling menuntut perhatian. Bahkan ketika perhatian yang
diharapkan tak kunjung datang, masing-masing mengambil kesimpulan
keegoan, yang ditunjukkan dengan sikap diam dan tak mau memulai
komunikasi.
Peristiwa semacam itu, setiap keluarga
hampir pasti pernah mengalaminya. Akan tetapi, pernahkah kita berpikir
bahwa cara-cara yang demikian itu tidak diajarkan oleh Nabi yang kita
cintai? Dan, apakah kita berpikir langkah-langkah itu akan mendatangkan
kebaikan dunia akhirat? Tentu tidak!
Dengan demikian, penting bagi setiap
pasangan, yakni suami istri untuk terus berupaya membaikkan rumah
tangganya dengan komunikasi yang baik. Berbicaralah, karena semua akan
jelas dengan saling berbicara dan mendengarkan.
Perlahan dan Jelas
Berbicara yang seperti apa? Tentu seperti Nabi Muhammad Shallallahu alayhi wasallam melakukannya.
Seperti diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah Radhiyallahu ‘anha, “Rasulullah
tidaklah berbicara seperti yang biasa kamu lakukan (yaitu berbicara
dengan nada cepat). Namun beliau berbicara dengan nada perlahan dan
dengan perkataan yang jelas dan terang lagi mudah dihafal oleh orang
yang mendengarnya.” (HR. Abu Daud).
Suami dan istri harus sama-sama punya niat
yang sama untuk mengamalkan tauladan Rasulullah ini. Berbicaralah
dengan perlahan dan jelas. Jangan terburu-buru, sehingga apa yang
diucapkan menjadi tidak jelas didengar oleh pasangan. Sebab, tidak
sedikit pertengkaran terjadi karena salah paham yang bermula dari
pembicaraan yang tidak jelas.
“Tutur kata Rasulullah sangat teratur,
untaian demi untaian kalimat tersusun dengan rapi, sehing- ga mudah
dipahami oleh orang yang mendengar-kannya.” (HR. Abu Dawud).
Bahkan, jika ada suatu pembicaraan yang
bersifat sangat penting, tidak mengapa diulang sampai tiga kali. Tetapi,
dengan catatan, perkara tersebut memang bersifat sangat penting agar
tidak terjadi salah paham.
Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu mengatakan: “Rasulullah sering mengulangi perkataannya tiga kali agar dapat dipahami.” (HR. Al-Bukhari).
Betapa indah, jika suami istri bisa
mengamalkan tauladan mulia ini. Jika itu terjadi, maka sungguh
kebahagiaan rumah tangga akan semakin sempurna.
Berbicara yang Baik
Kadangkala, karena lelah, seorang suami
atau mungkin juga seorang istri tidak mampu mengendalikan diri, sehingga
keluar kata-kata yang tidak seharusnya. Hal ini tentu sangat tidak baik
dan bisa menimbulkan pertengkaran berkelanjutan. Lebih-lebih jika salah
satu pihak termasuk orang yang suka mengungkit-ungkit kesalahan.
Kaitannya dengan hal ini Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (HR. Bukhari-Muslim).
Meskipun hadits ini bersifat umum, jika diamalkan dengan baik akan sangat bermanfaat bagi kehidupan keluarga.
Lihatlah bagaimana Rasulullah tidak memanggil istri-istrinya kecuali dengan panggilan yang baik lagi indah.
Terhadap Sayyidah Aisyah Rasulullah tidak memanggil nama, melainkan dengan panggilan mesra yakni “Ya Khumairah”
(yang kemerah-merahan). Jika soal panggilan saja Rasulullah memilih
yang terbaik, mengapa terhadap suami atau istri kita sendiri kita enggan
melakukannya?
Jadi, jauhilah keinginan untuk berbicara
yang tidak baik, terutama terhadap pasangan sendiri. Apalagi, sampai
bercerita kemana-mana soal keburukan pasangan kita, ini benar-benar
tidak perlu dilakukan. Jangan sampai dengan orang lain, rekan kerja kita
bisa berbicara baik. Tetapi terhadap istri atau suami, justru tidak
diperhatikan, na’udzubillah.
Sebaik-baik Manusia
Jika kita bisa mengamalkan ajaran Nabi,
dalam konteks berbicara saja, terutama di dalam berumah tangga, sungguh
langkah kita untuk menjadi manusia yang baik, bahkan sebaik-baik manusia
akan semakin terbuka.
Rasulullah bersabda, “Sebaik-baik
kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya. Dan akulah yang
paling baik di antara kalian dalam bermuamalah dengan keluargaku.” (HR: Tirmidzi).
Dengan demikian, mari kita biasakan diri
berbicara dengan hati. Ingatlah, pasangan kita adalah anugerah-Nya.
Bersamanya kita akan bahagia hingga ke surga atau sebaliknya. Oleh
karena itu, adalah suatu kebaikan jika suami istri senantiasa
memperhatikan kualitas komunikasinya terhadap sesama. Apakah lebih
banyak berbicara dengan hati atau emosi?.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar