“Saya menganggap dia (Andi Widjajanto) sebagai anak baru kemarin sore sudah sok ngatur republik ini,” kata Effendi. “Andi itu pengkhianat, itu kurang ajar sekali,” hujatnya
Bahkan Effendi menuding kepemimpinan Presiden Joko Widodo seperti pemimpin setengah matang namun dilahirkan alias prematur
“Yang diatur prematur (Presiden Jokowi) lagi ya sudah. Yang ngatur anak kecil yang diatur prematur ya jadi dah tuh (pemerintahan) inkubator,” sindirnya.
Patut diketahui, Andi Widjajanto adalah anak dari mendiang Theo Sjafei, seorang jenderal pembisik Megawati nomor wahid ketika Mega menjabat presiden dan dikenal sangat Islamopobhi.
Islamophobinya Theo Syafei
Tahun 1998 silam, nama Theo Sjafei menjadi buah mulut seantero
tanah air, dalam kasus ceramah bernuansa SARA. Ceramahnya di hadapan
aktivis gereja di Anyer, Jawa Barat, dan Kupang, Nusa Tenggara Timur
dinilai menjelek-jelekkan Islam, Qur’an, dan Presiden (waktu itu)
Habibie.
Isi ceramahnya amat pedas. Theo menuduh ICMI dan Muhammadiyah akan
membentuk negara Islam. Lalu partai-partai Islam seperti Partai Bulan
Bintang, Partai Keadilan, PAN, dll, dituding Theo sebagai bentukan tokoh
Golkar, Akbar Tanjung. Harian milik umat Islam, Republika, disebut Theo sebagai “Republik Agama.”
Theo meledek Habibie dan membandingkan Alkitab dengan Al-Qur’an.
Theo menghina kitab suci umat Islam sebagai kitab yang tipis, tidak
seperti Alkitab (Bibel) milik umat Kristen.
“Al-Qur’an itu adalah buku yang begitu tipis, hanya 30 juz isinya.
Hadits itu adalah perbuatan-perbuatan Nabi dan sahabat-sahabat Nabi
ketika mereka masih hidup, yang kemudian diingat-ingat, bahwa perbuatan
itulah yang harus dicontoh apabila kita tidak menemukan jawabannya di
Qur’an. Tidak seperti Alkitab kita, semua kita bisa cari jawabannya di
Alkitab, di Qur’an tidak,” ujar Theo bersemangat, sebagaimana
ditranskrip oleh Harian Abadi.
Kaset rekaman Theo itu menghebohkan karena beredar luas menjelang
Tragedi Kupang 30 November 1998. Theo pun dituding sebagai provokator
kerusuhan itu, karena Kaset itu disebut-sebut menjadi pemicu kepada
sekelompok umat Kristen di Kupang, sehingga merusak dan membakar
madrasah, masjid, dan asrama haji. Ribuan warga muslim yang selama ini
hidup damai harus mengungsi.
Tuduhan ini tidak omong kosong. Pasalnya, Pimpinan Wilayah
Muhammadiyah (PWM) Nusa Tenggara Timur menemukan kaset rekaman itu telah
beredar luas di Kupang sebelum terjadi kerusuhan.
Tabloid Abadi, edisi 24-30 Desember 1998 pun menurunkan
kasus kaset Theo tersebut sebagai “Laporan Utama”, lengkap dengan
transkrip utuh ceramah itu. Abadi juga menyebut adanya keterkaitan
antara peredaran kaset ceramah dan kerusuhan di Kupang. Reaksi makin
meluas, sejumlah pimpinan ormas Islam bereaksi keras.
Buntut dari ceramah provokatif itu, Theo Syafei menuai reaksi
keras dari berbagai ormas Islam: KISDI, ICMI, HMI (Himpunan Mahasiswa
Islam), KAHMI (Keluarga Alumni HMI), PPMI (Persaudaraan Pekerja Muslim
Indonesia), DDII (Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia), serta BKSPPI (Badan
Kerja Sama Pondok Pesantren Indonesia).
Diwakili oleh Asosiasi Pembela Islam (API), umat Islam mengadukan
Theo Syafei ke Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya, (5/1/1999), dengan
tuduhan menghina dan mencemarkan nama baik umat Islam Indonesia.
Tentang Theo Syafei, Andi Widjajanto berujar singkat, “Theo itu guru saya.” Cukup jelas bukan?http://www.eramuslim.com/berita/nasional/politisi-pdip-effendi-simbolon-jokowi-pemimpin-setengah-matang-andi-widjajanto-itu-pengkhianat.htm#.VMay86LqtyY
Tidak ada komentar:
Posting Komentar