Masalah pergaulan bebas
di negeri ini sudah sampai pada titik yang sangat mengkhawatirkan.
Adegan percintaan begitu menjamur di televisi, koran, majalah, buku
bahkan komik.
Sinetron tentang kehidupan sekolah pun
ceritanya hanya pacaran. Kalaupun ada adegan di kelas, pasti hanya
sebentar dan langsung diakhiri dengan bel keluar. Setelah itu, ceritanya
kembali ke soal asmara, saing-saingan, rebutan kekasih dan perkelahian.
Masalah pergaulan bebas bertambah dahsyat
setidaknya dengan melihat beredarnya buku “Saatnya Aku Belajar Pacaran”
benar-benar membuat kita harus mengelus dada.
Betapa tidak, buku yang ditulis Toge
Apriliano itu benar-benar memalukan dan memilukan. Entah sadar atau
tidak dengan konyol ia mempromosikan pergaluan bebas. Kaum muda diajak
menerima perzinahan (Making Love) sebagai suatu hal yang wajar.
Buku ini tentu saja bukan buku pendidikan
seks, tapi buku panduan melakukan seks bebas. Isinya bukan pendidikan
melainkan perbudakan manusia untuk mengikuti hawa nafsu. Kaum muda
diajak mengikuti nafsu birahinya sebebas-bebasnya tanpa ikatan yang
suci. Prinsip aneh yang diajarkannya “yang penting siap dan suka sama
suka”.
Islam memahami fitrah manusia yang
memiliki syahwat biologis. Sebagai manusia normal tentu ada keinginan
menyalurkannya. Masalahnya, bagaimanakah menyalurkan syahwat biologis
itu? Sebagai agama yang sempurna Islam sudah mengatur semua urusan
manusia. Termasuk urusan yang satu ini. Islam tidak membiarkan manusia
meluapkan nafsunya sesuka hati tanpa aturan yang benar. Islam telah
mengatur cara penyaluran syahwat biologis melalui ikatan yang sakral,
yaitu pernikahan.
Banyak ayat al-Qur’an maupun Hadits mendorong kaum Muslimin untuk menikah.
“Maka kawinilah wanita-wanita (lain)
yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak
akan dapat berlaku adil maka (kawinilah) seorang saja.” (QS al-Nisa:3).
“Dan kawinkanlah orang-orang yang
sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari
hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang
perempuan.” (QS al-Nuur:32). “Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu
sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS al-Ruum:21).
Sementara di dalam hadits, Nabi secara eksplisit mengajak kaum muda untuk menikah.
“Hai kaum muda, barangsiapa diantara
kalian ada yang mampu, maka menikahlah. Karena menikah itu lebih menjaga
pandangan dan memelihara kehormatan. Dan barangsiapa yang belum mampu
maka hendaknya ia berpuasa. Karena puasa itu akan menjadi temeng darinya
dari perbuatan keji.” (HR Bukhari-Muslim).
Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wassallam memberi kabar gembira, bahwa menyalurkan syahwat sesuai
tuntunan Islam juga berpahala.
Dalam satu riwayat sahabat bertanya “Ya
Rasulullah, apakah kami mendapat pahala dengan menyalurkan syahwat
kami?” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam menjawab “Apakah kalian
tidak memperhatikan, jika ia menyalurkan syahwatnya di tempat yang
haram ia akan berdosa, maka demikianlah jika ia menyalurkannya di tempat
yang halal ia akan mendapat pahala.” (HR Muslim).
Lalu bagaimana jika ia belum mampu
menikah dan merasa berat untuk berpuasa? Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wassallam juga telah meberikan solusi ampuh terhadap masalah ini. Dalam
satu riwayat diceritakan “Ada seorang pemuda yang mendatangi Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wassallam, kemudian ia berkata : “Wahai Rasulullah,
izinkanlah aku berzina!” “Maka para shahabat pun menghampirinya dan
memperingatinya : “Diam kamu! Jangan bicara seperti itu!” Kemudian Nabi
berkata : “Dekatkan dia padaku”. Pemuda itupun mendekat kepada Nabi,
kemudian duduk di dekat beliau. Kemudian Nabi bertanya kepada pemuda
tersebut : “Apakah engkau suka kalau ibumu berzina?”Pemuda itu menjawab :
“Demi Allah tidak! Semoga Allah menjadikan aku sebagai tebusanmu” Nabi
pun menjawab : “Demikian juga orang lain. Mereka tidak mau kalau ibu
mereka berzina” Kemudian Nabi bertanya lagi : “Apakah engkau suka kalau
putrimu berzina?” Dia menjawab : “Demi Allah tidak ya Rasulullah! Semoga
Allah menjadikan aku sebagai tebusanmu” Nabi pun menjawab : “Demikian
juga orang lain. Mereka tidak mau kalau anak perempuan mereka berzina”
Kemudian Nabi bertanya lagi : “Apakah engkau suka kalau saudari
perempuanmu berzina?”Dia menjawab : “Demi Allah tidak! Semoga Allah
menjadikan aku sebagai tebusanmu” Nabi pun menjawab : “Demikian juga
orang lain. Mereka tidak mau kalau saudari perempuan mereka berzina”
Kemudian Nabi bertanya lagi : “Apakah engkau suka kalau saudara
perempuan ayahmu berzina?”Dia menjawab : “Demi Allah tidak! Semoga Allah
menjadikan aku sebagai tebusanmu” Nabi pun menjawab : “Demikian juga
orang lain. Mereka tidak mau kalau saudara perempuan ayah mereka
berzina” Kemudian Nabi bertanya lagi : “Apakah engkau suka kalau saudara
perempuan ibumu berzina?” Dia menjawab : “Demi Allah tidak! Semoga
Allah menjadikan aku sebagai tebusanmu” Nabi pun menjawab : “Demikian
juga orang lain. Mereka tidak mau kalau saudara perempuan ibu mereka
berzina” Kemudian Nabi meletakkan tangan beliau kepada si pemuda itu
seraya mendo’akannya : “Ya Allah, ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya,
dan jagalah kemaluannya” Setelah itupun si pemuda sama sekali tidak
punya keinginan lagi untuk berzina.”(HR Ahmad)
Perhatikanlah, betapa indahnya pendidikan
seks yang diajarkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam. Beliau
menyampaikan pendidikan seks dengan begitu jelas, tersusun rapi dan
menjaga adab.
Tiga Solusi
Singkatnya, ada tiga solusi dari masalah penyaluran syahwat.
Pertama, menikah bagi yang sudah mampu. Kedua, berpuasa bagi yang belum mampu menikah. Ketiga, bagi yang belum mampu menikah dan merasa berat berpuasa hendaknya diajak dialog agar berpikir dan hatinya tersentuh.
Tidak ada tawaran dari Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wassallam untuk melakukan zina bagi mereka yang
belum mampu menikah dan berpuasa.
Inilah sejatinya cara menyampaikan
pendidikan seks dengan cara yang beradab. Manusia diperlakukan seperti
manusia. Diberi solusi dari masalah secara manusiawi. Sebab selain punya
kemaluan, manusia juga harus punya rasa malu. Bukan disamakan dengan
binatang lalu diberi solusi seperti gaya hidup binatang.
Jangan juga diberi kesempatan untuk
berbuat kejahatan. Ingat pesan Bang Napi, kejahatan bisa terjadi bukan
hanya karena ada niat pelakunya, tapi juga karena ada kesempatan.
Waspadalah! Waspadalah!. Wallâhu a’lam bis shawâb.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar