Jumat, 20 Februari 2015

Menyampaikan Pendidikan Seks Secara Beradab

Masalah pergaulan bebas di negeri ini sudah sampai pada titik yang sangat mengkhawatirkan. Adegan percintaan begitu menjamur di televisi, koran, majalah,  buku bahkan komik.
Sinetron tentang kehidupan sekolah pun ceritanya hanya pacaran. Kalaupun ada adegan di kelas, pasti hanya sebentar dan langsung diakhiri dengan bel keluar. Setelah itu, ceritanya kembali ke soal asmara, saing-saingan, rebutan kekasih dan perkelahian.
Masalah pergaulan bebas bertambah dahsyat setidaknya dengan melihat beredarnya buku “Saatnya Aku Belajar Pacaran” benar-benar membuat kita harus mengelus dada.
Betapa tidak, buku yang ditulis Toge Apriliano itu benar-benar memalukan dan memilukan. Entah sadar atau tidak dengan konyol ia mempromosikan pergaluan bebas. Kaum muda diajak menerima perzinahan (Making Love) sebagai suatu hal yang wajar.
Buku ini tentu saja bukan buku pendidikan seks, tapi buku panduan melakukan seks bebas. Isinya bukan pendidikan melainkan perbudakan manusia untuk mengikuti hawa nafsu. Kaum muda diajak mengikuti nafsu birahinya sebebas-bebasnya tanpa ikatan yang suci. Prinsip aneh yang diajarkannya “yang penting siap dan suka sama suka”.
Islam memahami fitrah manusia yang memiliki syahwat biologis. Sebagai manusia normal tentu ada keinginan menyalurkannya. Masalahnya, bagaimanakah menyalurkan syahwat biologis itu? Sebagai agama yang sempurna Islam sudah mengatur semua urusan manusia. Termasuk urusan yang satu ini. Islam tidak membiarkan manusia meluapkan nafsunya sesuka hati tanpa aturan yang benar. Islam telah mengatur cara penyaluran syahwat biologis melalui ikatan yang sakral, yaitu pernikahan.
Banyak ayat al-Qur’an maupun Hadits mendorong kaum Muslimin untuk menikah.
 “Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil maka (kawinilah) seorang saja.” (QS al-Nisa:3).
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan.” (QS al-Nuur:32). “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS al-Ruum:21).
Sementara di dalam hadits, Nabi secara eksplisit mengajak kaum muda untuk menikah.
“Hai kaum muda, barangsiapa diantara kalian ada yang mampu, maka menikahlah. Karena menikah itu lebih menjaga pandangan dan memelihara kehormatan. Dan barangsiapa yang belum mampu maka hendaknya ia berpuasa. Karena puasa itu akan menjadi temeng darinya dari perbuatan keji.” (HR Bukhari-Muslim).
Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam memberi kabar gembira, bahwa menyalurkan syahwat sesuai tuntunan Islam juga berpahala.
Dalam satu riwayat sahabat bertanya Ya Rasulullah, apakah kami mendapat pahala dengan menyalurkan syahwat kami?” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam  menjawab “Apakah kalian tidak memperhatikan, jika ia menyalurkan syahwatnya di tempat yang haram ia akan berdosa, maka demikianlah jika ia menyalurkannya di tempat yang halal ia akan mendapat pahala.” (HR Muslim).
Lalu bagaimana jika ia belum mampu menikah dan merasa berat untuk berpuasa? Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam juga telah meberikan solusi ampuh terhadap masalah ini. Dalam satu riwayat diceritakan “Ada seorang  pemuda yang mendatangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassallam, kemudian ia berkata : “Wahai Rasulullah, izinkanlah aku berzina!” “Maka para shahabat pun menghampirinya dan memperingatinya : “Diam kamu! Jangan bicara seperti itu!” Kemudian Nabi berkata : “Dekatkan dia padaku”. Pemuda itupun mendekat kepada Nabi, kemudian duduk di dekat beliau. Kemudian Nabi bertanya kepada pemuda tersebut : “Apakah engkau suka kalau ibumu berzina?”Pemuda itu menjawab : “Demi Allah tidak! Semoga Allah menjadikan aku sebagai tebusanmu” Nabi pun menjawab : “Demikian juga orang lain. Mereka tidak mau kalau ibu mereka berzina” Kemudian Nabi bertanya lagi : “Apakah engkau suka kalau putrimu berzina?” Dia menjawab : “Demi Allah tidak ya Rasulullah! Semoga Allah menjadikan aku sebagai tebusanmu” Nabi pun menjawab : “Demikian juga orang lain. Mereka tidak mau kalau anak perempuan mereka berzina” Kemudian Nabi bertanya lagi : “Apakah engkau suka kalau saudari perempuanmu berzina?”Dia menjawab : “Demi Allah tidak! Semoga Allah menjadikan aku sebagai tebusanmu” Nabi pun menjawab : “Demikian juga orang lain. Mereka tidak mau kalau saudari perempuan mereka berzina” Kemudian Nabi bertanya lagi : “Apakah engkau suka kalau saudara perempuan ayahmu berzina?”Dia menjawab : “Demi Allah tidak! Semoga Allah menjadikan aku sebagai tebusanmu” Nabi pun menjawab : “Demikian juga orang lain. Mereka tidak mau kalau saudara perempuan ayah mereka berzina” Kemudian Nabi bertanya lagi : “Apakah engkau suka kalau saudara perempuan ibumu berzina?” Dia menjawab : “Demi Allah tidak! Semoga Allah menjadikan aku sebagai tebusanmu” Nabi pun menjawab : “Demikian juga orang lain. Mereka tidak mau kalau saudara perempuan ibu mereka berzina” Kemudian Nabi meletakkan tangan beliau kepada si pemuda itu seraya mendo’akannya : “Ya Allah, ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya, dan jagalah kemaluannya” Setelah itupun si pemuda sama sekali tidak punya keinginan lagi untuk berzina.”(HR Ahmad)
Perhatikanlah, betapa indahnya pendidikan seks yang diajarkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam. Beliau menyampaikan pendidikan seks dengan begitu jelas, tersusun rapi dan menjaga adab.
Tiga Solusi
Singkatnya, ada tiga solusi dari masalah penyaluran syahwat.
Pertama, menikah bagi yang sudah mampu. Kedua, berpuasa bagi yang belum mampu menikah. Ketiga, bagi yang belum mampu menikah dan merasa berat berpuasa hendaknya diajak dialog  agar berpikir dan hatinya tersentuh.
Tidak ada tawaran dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam untuk melakukan zina bagi mereka yang belum mampu menikah dan berpuasa.
Inilah sejatinya cara menyampaikan pendidikan seks dengan cara yang beradab. Manusia diperlakukan seperti manusia. Diberi solusi dari masalah secara manusiawi. Sebab selain punya kemaluan, manusia juga harus punya rasa malu. Bukan disamakan dengan binatang lalu diberi solusi seperti gaya hidup binatang.
Jangan juga diberi kesempatan untuk berbuat kejahatan. Ingat pesan Bang Napi, kejahatan bisa terjadi bukan hanya karena ada niat pelakunya, tapi juga karena ada kesempatan. Waspadalah! Waspadalah!. Wallâhu a’lam bis shawâb.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar