Pengaruh paparan
polusi udara terhadap rahim, bisa menimbulkan dampak buruk bagi otak
anak-anak dan berkontribusi terhadap kelambatan proses dan masalah
perilaku, kata satu penelitian.
Penelitian ini difokuskan pada hidrokarbon
aromatik polisiklik (polycyclic aromatic hydrocarbons, PAH), polusi
udara beracun yang disebabkan oleh emisi kendaraan, pembakaran batu
bara, dan merokok, lapor kantor berita Xinhua.
PAH dapat melewati plasenta dan
mempengaruhi anak dan otak hewan percobaan yang belum lahir, sebagai
paparan pralahir yang dapat mengganggu perilaku dan pembelajaran, kata
peneliti dari Rumah Sakit Anak Los Angeles (CHLA) dan Columbia
University.
Untuk menguji efek dari paparan PAH pada
struktur otak, para peneliti melakukan studi pencitraan yang melibatkan
40 anak usia sekolah perkotaan di New York City. Anak-anak itu keturunan
Latin atau Afrika Amerika.
Anak-anak diamati dari sebelum lahir
sampai tujuh sampai sembilan tahun dan ibu mereka dilakukan pemantauan
PAH pranatal (saat kehamilan) dan menjawab kuesioner pranatal.
“Temuan kami menunjukkan bahwa PAH adalah
kontributor bagi penyimpangan hiperaktif dan kurangnya kemampuan
perhatian (attention deficit hyperactivity disorder, ADHD) dan masalah
perilaku lainnya karena efek mengganggu polutan pada perkembangan otak
awal,” kata peneliti utama Bradley Peterson, Direktur Institute untuk
Pengembangan Pemikiran di CHLA.
Penelitian ini menemukan hubungan yang
kuat antara peningkatan paparan PAH pranatal dan pengurangan hampir
seluruh permukaan materi putih otak kiri.
Berkurangnya permukaan materi putih di
sisi kiri otak dikaitkan dengan proses yang lebih lambat dari kecerdasan
untuk pemrosesan informasi dan masalah perilaku lain yang lebih parah,
termasuk ADHD dan agresi.
Peterson mencatat bahwa temuan penelitian
ini terbatas pada populasi minoritas dengan tingkat kemiskinan yang
tinggi dan pencapaian pendidikan yang rendah, dan mungkin tidak
menggeneralisasi untuk populasi lain, meskipun populasi minoritas miskin
di perkotaan tidak seluruhnya terkena polusi udara.
Sebagai awal penelitian ini masih
terbatas, para peneliti sedang melakukan studi yang jauh lebih besar
untuk mengkonfirmasi dan memperluas temuan mereka.
“Temuan kami meningkatkan kekhawatiran
penting tentang efek polusi udara pada perkembangan otak pada anak-anak,
dan konsekuensi dari efek-efek otak pada kognisi dan perilaku,” kata
Peterson.
“Jika dikonfirmasi, temuan kami memiliki
implikasi kesehatan publik yang penting mengingat dampak polusi udara
PAH pada masyarakat umum.”
Para peneliti Columbia sebelumnya
melaporkan bahwa paparan udara PAH selama kehamilan dalam kelompok ini
dikaitkan dengan beberapa gangguan perkembangan saraf, termasuk
pelambatan perkembangan anak usia tiga tahun, berkurangnya IQ lisan pada
usia lima tahun, dan gejala kecemasan dan depresi pada usia tujuh
tahun.
Studi ini dipublikasikan dalam jurnal JAMA Psychiatry AS, kemudian dilansir New Straits Times, Kamis (26/3/2015).*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar