Kisah wanita pertama diceritakan dalam ar-Rahiq al-Makhtum karya Syaikh Shafiyurrahman Mubarakfury, bahwasanya ada seorang wanita Arab yang datang ke pasarnya orang Yahudi Bani Qainuqa.
Dia duduk di dekat pengrajin perhiasan.
Tiba-tiba beberapa orang di antara mereka hendak menyingkap kerudung
yang menutupi wajahnya. Diam-diam tanpa diketahui Muslimah tersebut,
pengrajin perhiasan ini mengikat ujung jilbabnya, dan ketika ia bangkit,
auratnya seketika itu juga tersingkap.
Muslimah ini spontan berteriak dan seorang
laki-laki Muslim yang berada di dekatnya melompat ke pengrajin
perhiasan itu dan membunuhnya. Orang-orang Yahudi kemudian membalas
dengan mengikat laki-laki Muslim tersebut lalu membunuhnya.
Kejadian ini membuat kesabaran Rasulullaah
Shallahu’alaihi Wassallam habis ketika sebelumnya mereka berupaya
mengadu domba Aus dan Khazraj sehingga hampir saja di antara kedua suku
ini terjadi peperangan, mengganggu kaum Muslimin dan mengabaikan nasihat
Rasulullaah Shallahu’alaihi Wassallam. Rasulullaah Shallahu’alaihi
Wassallam bersama pasukan kaum Muslim berangkat menuju tempat Bani
Qainuqa dan mengepung mereka dengan ketat.
Bani Qainuqa yang pongah dan sombong ini
akhirnya bertekuk lutut dan menyerah setelah dikepung selama 15 hari.
Allah Subhanahu Wata’ala memasukkan rasa gentar dan takut ke dalam hati
orang Yahudi ini.
Hampir saja semua kaum laki-laki Bani
Qainuqa ini dihukum mati oleh Rasulullaah Shallahu’alaihi Wassallam.
Namun keputusan itu berubah ketika dedengkot kemunafikan, Abdullah bin
Ubay mendesak Rasulullaah Shallahu’alaihi Wassallam untuk memaafkan
mereka. Dan akhirnya Rasulullaah Shallahu’alaihi Wassallam bermurah hati
dan memerintahkan Bani Qainuqa ini untuk pergi sejauh-jauhnya dan tak
boleh lagi tinggal di Madinah.
Kisah wanita kedua, terjadi pada masa khalifah al-Mu’tashim Billah, khalifah kedelapan dinasti Abbasiyah.
Kota Amurriyah yang dikuasai oleh Romawi
saat itu berhasil ditaklukkan oleh al-Mu’tashim. Pada penyerangan itu
sekitar 3.000 tentara Romawi tewas terbunuh dan sekitar 30.000 menjadi
tawanan. Dan di antara faktor yang mendorong penaklukan kota ini adalah
karena adanya seorang wanita dari sebuah kota pesisir yang ditawan di
sana. Ia berseru, “Wahai Muhammad, wahai Mu’tashim!” Setelah informasi
itu terdengar oleh khalifah, ia pun segera menunggang kudanya dan
membawa bala tentara untuk menyelamatkan wanita tersebut plus
menaklukkan kota tempat wanita itu ditawan. Setelah berhasil
menyelamatkan wanita tersebut al-Mu’tashim mengatakan, “Kupenuhi
seruanmu, wahai wanita!”
Mengenai kisah yang ketiga,
dikisahkan tentang sultan al-Hajib al-Manshur, salah seorang pemimpin
Daulah Amiriyah di Andalusia yang menggerakkan pasukan utuh dan lengkap
untuk menyelamatkan tiga wanita Muslimah yang menjadi tawanan di
kerajaan Navarre.
Saat itu kerajaan Navarre terikat
perjanjian dengan al-Hajib al-Mansur yang salah satu perjanjiannya
adalah pihak kerajaan Navarre tidak dibenarkan menawan seorang kaum
muslimin atau menahan mereka.
Kisah ini bermula ketika seorang utusan
sultan pergi menuju kerajaan Navarre. Saat sang utusan berjalan
berkeliling dengan raja Navarre, ia menemukan tiga orang wanita Muslimah
di dalam salah satu gereja mereka. Utusan ini pun akhirnya mengetahui
bahwasanya ketika wanita Muslimah tersebut ditawan di dalam gereja tsb.
Di sini, utusan sultan marah besar dan segera kembali menemui sultan dan
menyampaikan kasus tersebut.
Maka al-Manshur kemudian mengirimkan
pasukan besar untuk menyelamatkan wanita tersebut. Dan betapa kagetnya
raja Navarre ketika melihat pasukan yang siap untuk berperang tsb. “Kami
tidak tahu untuk apa kalian datang, padahal antara kami dengan kalian
terikat perjanjian untuk tidak saling menyerang. Lagi pula kami sudah
membayar jizyah..!”
Maka dengan lantang, pasukan kaum Muslimin
pun mengatakan bahwasanya mereka, pihak kerajaan Navarre telah menawan
beberapa wanita Muslimah. Pihak kerajaan menjawab, “Kami sama sekali
tidak mengetahui hal tsb.” Maka, setelah diperlihatkan tiga Muslimah
yang ditawan, sang raja Navarre kemudian mengirimkan surat permohonan
maaf yang sebesar-besarnya kepada al-Manshur dan menyampaikan bahwa ia
akan menghancurkan gereja tsb. Pasukan sultan pun kembali ke negerinya
dengan membawa ketiga Muslimah tersebut.
****
Betapa sedihnya saat ini, ketika Muslimah
Palestina dizalimi, Muslimah Suriah diperkosa dan disakiti, Muslimah di
Afghanistan ditembaki, Muslimah Rohingya diusir pergi dan dan kita tidak
bisa berbuat banyak untuk menyelamatkan mereka. Kita hanya bisa melihat
di televisi dan menangisi apa yang terjadi.
Di mana pasukan yang dulu mengusir Bani Qainuqa?
Di mana pasukan yang menaklukkan kota Amurriyah?
Di mana pasukan yang menggetarkan kerajaan Navarre di Andalusia?
Tak ada gunanya meratap, sudah saatnya
kita berupaya untuk mengembalikan kejayaan Islam yang telah lama redup,
mengembalikan kehormatan peradaban Islam yang selama ini diinjak-injak
oleh kaum kafirin, dan menyelamatkan saudara seiman yang dijajah oleh
pemimpin-pemimpin yang zhalim. Insya Allah harapan itu masih ada, selama
syarat-syarat kejayaan tersebut telah terpenuhi oleh kita, sebagaimana
yang difirmankan oleh Allah Subhanahu Wata’ala:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الْأَرْضِ كَمَا
اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ
الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ
أَمْناً يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئاً وَمَن كَفَرَ بَعْدَ
ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Dan Allah telah berjanji kepada
orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal saleh
bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi,
sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa.
Dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhainya
untuk mereka. Dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka,
sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap
menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesutau apapun dengan Aku. Dan
barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah
orang-orang yang fasik.” (QS. an-Nur: 55)
Kekhalifahan bagi umat ini memang sistem
terbaik untuk mengembalikan kejayaan Islam, tapi itu hanya suatu cara –
bukan solusi, apalagi tujuan – untuk merumuskan dan menjalankan
solusi-solusi permasalahan umat bahkan dunia, maka khilafah bukanlah
sesuatu yang instan dalam menyelesaikan semua persoalan dan permasalahan
yang menimpa umat Islam.
Kerja dan amal nyata itu harus dimulai
sejak sekarang, tak hanya menyiapkan perangkat sistem tapi juga
sumberdaya pengelolanya. Kita semua harus bekerja keras untuk
menyelamatkan dunia dari kezaliman-kezaliman yang ada. Segala puji bagi
Allah, Rabb seru sekalian alam.*/ Fais al-Fatih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar