Bagi orang Indonesia, khususnya
Jawa pasti tidak asing lagi dengan tradisi telonan (tiga bulanan), tingkepan
(tujuh bulanan) dan brokohan (selamatan yang diadakan sesaat setelah kelahiran
bayi). Terlepas dari polemik bid’ah atau bukan, di sini saya hanya akan
membahas petuah bijak yang ada dalam tradisi atau budaya tersebut sehingga
sebisa mungkin kita tidak terjerumus ke dalam perbuatan syirik yang sangat
dibenci Allah SWT.
Yang pertama saya bahas pertama
adalah telonan (tiga bulanan).
عن أبي عبدالرحمن عبدالله بن مسعود رضي الله عنه قال حدثنا رسول الله
صلى الله عليه وسلم وهو الصادق المصدوق " إن أحدكم يجمع خلقه في بطن أمه
أربعين يوما نطفة ثم علقه مثل ذلك ثم يكون مضغة مثل ذلك , ثم يرسل إليه الملك
فينفخ فيه الروح , ويؤمر بأربع كلمات : بكتب رزقه , وأجله , وعمله , وشقي أم سعيد . فوالله الذي لا إله غيره إن أحدكم ليعمل بعمل أهل الجنة حتى ما يكون
بينه وبينها إلا ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل أهل النار , وإن أحدكم ليعمل
بعمل أهل النار حتى ما يكون بينه وبينها إلا ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل
أهل الجنة
Dari Abu 'Abdirrahman Abdullah bin
Mas'ud radhiallahu 'anh, dia berkata : bahwa Rasulullah telah bersabda,
"Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim
ibunya selama 40 hari berupa nutfah, kemudian menjadi 'Alaqoh (segumpal darah) selama
itu juga lalu menjadi Mudhghoh (segumpal daging) selama itu juga, kemudian
diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk
menuliskan 4 kata : Rizki, Ajal, Amal dan Celaka/bahagianya. maka demi Alloh
yang tiada Tuhan selainnya, ada seseorang diantara kalian yang mengerjakan
amalan ahli surga sehingga tidak ada jarak antara dirinya dan surga kecuali
sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan
perbuatan ahli neraka dan ia masuk neraka. Ada diantara kalian yang mengerjakan
amalan ahli neraka sehingga tidak ada lagi jarak antara dirinya dan neraka
kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia
melakukan perbuatan ahli surga dan ia masuk surga.
[Bukhari no. 3208, Muslim no. 2643]
Sebagian ulama menafsirkan
hadits diatas janin diberikan nyawa oleh Allah SWT saat memasuki usia 120 hari.
Maka sebelum janin diberi nyawa maka kita dianjurkan meminta kepada Allah SWT
agar memberikan yang baik-baik mengenai janin yang dikandung. Mulai dari rezeki
yang banyak dan berkah, minta umurnya panjang dan digunakan untuk beramal
sholeh, dan semoga baik diakhirnya. Saat mengadakan tradisi tersebut
pasti kita sering melihat adanya buceng (nasi tumpeng), endhog (telur ayam),
kuluban (sayuran).
Tahukah kalian kenapa ada makanan
yang seperti itu?. Sekarang saya akan menjelaskannya satu persatu. Mulai dari
buceng (nasi tumpeng). Buceng dalam bahasa jawa berasal dari nyebuto sing
kenceng. Disini dimaksudkan agar kita banyak menyebut Asma Allah swt, dengan kata
lain kita banyak berizikir dan meninggalkan maksiat. Kita akan menjadi orang
tua, tentu kita harus mempersiapkan diri dengan baik karena kita akan menjadi
panutan buat anak kita.
Yang kedua adalah endhog (telur
ayam). Berasal dari kata ndhok yang dalam bahasa Indonesia artinya letakkan.
Apa yang diletakkan? Yaitu kuluban (sayuran) dari kata Qulbun yang dalam bahasa
Indonesia berarti hati. Maksudnya di sini kita harus merendahkan hati kita di
hadapan Allah swt. Lalu ada keluwih, moga-moga nanti jadi anak sing linuwih (punya kelebihan).
Lalu ada selamatan tingkepan, dari kata tingkep (ati-ati lek ngekep) hati-hati kalau memeluk. Karena kandungan istri sudah mulai membesar, tidur telentang tidak enak, tidur tengkurap malah seperti timbangan.
Setelah bayi lahir ada selamatan brokohan, dari kati barokah. Ya, anak adalah barokah dari Allah swt. Maka sebagai rasa syukur, orang tua si bayi mengadakan selamatan (orang lain biasa menyebut bersedekah).
Semoga setelah membaca tulisan ini, kita semakin paham mengapa tradisi ini diadakan dan apa maksud dan tujuannya sehingga kita tidak terjebak dalam fanatisme buta yang malah takutnya menjerumuskan kita dalam perbuatan syirik